Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos Bukalapak Blak-Blakan Soal Nasib Saham BUKA yang Bikin Investor Gigit Jari

        Bos Bukalapak Blak-Blakan Soal Nasib Saham BUKA yang Bikin Investor Gigit Jari Kredit Foto: Instagram/ririn.yulianto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) pernah mencatatkan sejarah baru dalam dunia saham Indonesia. yakni menjadi unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Bukan hanya itu, pada 6 Agustus 2021, Bukalapak mampu meraih pendanaan senilai Rp21,9 triliun, terbesar dalam sejarah penawaran saham perdana (IPO) di Indonesia. 

        Euforia pencatatan saham Bukalapak pun terbilang luar biasa. Harga saham Bukalapak to the moon hingga beberapa kali mengalami auto reject atas (ARA) pada hari-hari pertamanya melantai di bursa. Dari harga IPO sebesar Rp850 per saham, harga saham BUKA meroket hingga menyentuh level Rp1.060 per saham. Hal itu setara dengan kenaikan 24,71% dari harga pembukaan di level Rp850 per saham. Baca Juga: Bukan Orang Sembarangan! Bukalapak Ungkap Latar Belakang Willix Halim Cs Sang Calon Bos Baru!

        Namun, tren kenaikan harga saham emiten bersandi BUKA ini tak mampu bertahan lama. Dari hari ke hari, harga saham BUKA terus merosot tajam bahkan menjauh dari harga IPO. Selama lebih kurang enam bulan melantai, koreksi saham BUKA mencapai lebih dari 60%. 

        Merujuk data RTI, harga saham BUKA selama enam bulan terakhir anjlok -60,41% dan kini bergerak di kisaran Rp380 per saham. Bahkan, harga saham BUKA pernah jatuh lebih dalam, dengan catatan level terendah di Rp314 per saham. 

        Fenomena yang terjadi di saham BUKA itu pun menjadi sorotan publik, tak terkecuali para investor online di media sosial. Tak sedikit investor newbie mengaku dana investasinya menyangkut di saham BUKA karena membeli di harga pucuk. Dan, ketika para pemilik modal besar mulai melakukan akumulasi jual untuk menarik keuntungan, para newbie ini hanya bisa gigit jari melihat portofolio yang memerah. Kalau sudah begini, apa kata manajemen?

        Tanggapan Manajemen Bukalapak

        President Bukalapak, Teddy Oetomo, mengatakan bahwa fluktuasi harga saham BUKA dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Namun ia menekankan, volatilitas harga saham BUKA akan terjadi dalam jangka pendek. 

        Kepada Warta Ekonomi, Teddy Oetomo juga mengatakan bahwa BUKA tidak sendirian. Sebab, masa sulit dialami oleh sejumlah saham perusahaan teknologi besar lainnya, termasuk Zoom, Peloton, Grab, SEA Ltd, Mercado Libre, Netflix, Alibaba, dan Meituan. Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat dapat melihat penurunan harga saham BUKA dalam konteks yang relatif.

        "Dari sisi kami sebagai manajemen, kami terus meningkatkan kinerja fundamental perusahaan karena kami percaya bahwa dalam jangka panjang, akan terjadi konvergensi harga saham dengan kinerja fundamental. Kami percaya bahwa ada banyak faktor lain di luar fundamental, dan di luar kendali manajemen dalam volatilitas jangka pendek," tegasnya kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu. 

        Ketika ditanya apakah penurunan harga saham BUKA secara signifikan ini menggambarkan pesimisme investor terhadap Bukalapak, Teddy enggan mengamini hal tersebut. Yang jelas, ungkap Teddy, manajemen Bukalapak mengusahakan yang terbaik untuk perusahaan dengan fokus terhadap inovasi, baik untuk operasional maupun finansial. Meski masih menanggung rugi sebesar Rp1,12 triliun pada kuartal ketiga 2021, nilai kerugian tersebut tercatat membaik dari kinerja kuartal-kuartal sebelumnya. 

        "Kami terus mengevaluasi peluang dan cara baru untuk meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka menengah hingga panjang dengan terus meningkatkan fundamental dan performa perusahaan. Namun, perihal stabilisasi dari harga saham bukanlah menjadi ranah manajemen karena pergerakan atas nilai saham dari sebuah perusahaan publik adalah murni atas mekanisme pasar," tegasnya lagi. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: