Ternyata Gadjah Society NFT Sudah Eksis di Bandung Sebelum Ghozali Everyday
Kreasi NFT (Non Fungible Token) di Kota Bandung sudah ada sebelum ramai Ghozali Everyday, bahkan diberi sentuhan konservasi alam signifikan berupa Gadjah Society NFT.
Founder sekaligus Project Lead Gadjah Society NFT Muhammad Fauzan Iskandar, mengatakan, komunitasnya telah eksis sejak November 2021 lalu. Berawal, kolaborasi lintas pelaku ekosistem crypto blockchain di Bandung yang fokus konservasi alam memulai perjalanannya dengan donasi ke hewan gajah di bawah naungan WWF (World Wildlife Fund) Indonesia lalu berkolaborasi dengan West Java Conservation Fund (WJCTF) untuk kegiatan konservasi alam.
Baca Juga: NFT Bagai Buah Simalakama, Punya Potensi untuk Dikembangkan dan Disalahgunakan
"Gadjah Society ini menyinergikan komunitas Gajah Crypto, Coinfolks, dan X-Labs. Generasi pertama terdiri dari 4.828 gadjah yang disusun acak dan unik dengan berbagai variasi seperti wajah, warna, dan lainnya. Ini upaya kami mendukung konservasi gajah dalam bentuk penyisihan 10% dari royalti dari penjualan," kata Fauzan kepada wartawan di Bandung, Jumat sore (18/2/2022).
Menurutnya, apabila 100 NFT sudah terjual, maka persentase royalti naik jadi 20-40%, atau porsinya di atas tanggungjawab sosial perusahaan (CSR). Selain itu, keuntungan juga diberikan khusus bagi para kolektor atau holder dari NFT Gadjah Society yaitu free trip ke Taman Nasional Way Kambas di Lampung.
Sebelumnya, perkenalan resmi Gadjah Society NFT dilakukan Sabtu 20 November 2021 yakni 100% online di Discord, Instagram, juga komunitas Crypto Blockchain di Bandung dan sekitarnya. Di antaranya adalah Gajah Crypto (Semi Private Community Crypto Blockchain di Bandung, 400 member) , Coinfolks (Public Community Crypto di Telegram, 1.704 member), Mentari VIP Family (sebuah VIP Club dengan Ticket $10.000+, 160 member). Selain di komunitas Crypto, juga di komunitas tech related seperti Startup Bandung, juga komunitas lingkungan seperti Ganesha Hijau, Alumni SITH ITB, dan lain-lain.
Fauzan mengungkapkan, awalnya proyek Gadjah Society NFT ini dibangun sebagai bentuk dukungan terhadap artis dan komunitas NFT. Namun, pihaknya ingin terlibat lebih jauh secara positif dan memberi dampak lebih di dunia nyata.
"Karena itu kami menjadikan Gadjah Society NFT sebagai social project di mana kami mendukung konservasi-konservasi hewan gajah," ungkapnya.
Adapun, Cofounder sekaligus Advisor Gadjah Society NFT, Nur Islami Javad mengatakan Gadjah Society NFT membuka keanggotaan terbuka bagi masyarakat luas yang berminat bergabung dalam project ini.
Syaratnya sederhana dan tidak dikenakan biaya, yakni dengan join discord Gadjah Society NFT di https://discord.com/invite/gadjahsociety. Saat ini sudah ada lebih dari 600 anggota yang terdaftar.
Setelah bergabung, member akan bertemu dengan anggota-anggota komunitas baru. Komunitas ini dapat menjadi sarana untuk saling bertukar tangkap berbagi ilmu maupun hobi bersama. Hal tersebut didukung berbagai fitur dan channel dalam Discord Community Gadjah.
"Jadi tidak wajib menjadi NFT holder untuk menjadi komunitas dari Gadjah Society. Namun memang NFT holder akan mendapatkan keuntungan spesial, beberapa di antaranya seperti merchandise dan utilities," katanya.
Seluruh collectible art piece NFT dari Gadjah Society ini akan bersifat publik di marketplace OpenSea dalam beberapa hari ke depan. Gadjah Society menggunakan jaringan ERC-721A yang merupakan modifikasi terbaru dari jaringan ERC-721 oleh Ethereum. Jaringan ini merupakan salah satu jaringan paling prestisius di dunia NFT.
"Dari berbagai tes yang sudah dilalui dan lolos dengan skor tertinggi, dapat dipastikan Gadjah Society NFT aman,"ujarnya
"Selain itu, Gadjah Society memiliki advisor berpengalaman bernama Nur Islami Javad atau Jeff. Jeff merupakan Chief DEF dari Sharing Vision Indonesia, salah satu Top IT Consulting di Indonesia dalam lima tahun terakhir," sambung Fauzan.
Selain mereka berdua, komunitas ini beranggotakan Community Lead yakn M. Adriansa, Lead Artist Sebastian Adrian, Tech Lead Arnold P. Sianturi, Marketing Lead: Kevin Adityara, Smart Contract Muhammad Shafly Hamzah, dan Copywriter Nicole Andrea.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: