Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wayang Mirip Khalid Basalamah, Gus Miftah: Jenggotmu Panjang Tapi Belum Tua, Wajar Tak Tahu Budaya!

        Wayang Mirip Khalid Basalamah, Gus Miftah: Jenggotmu Panjang Tapi Belum Tua, Wajar Tak Tahu Budaya! Kredit Foto: Instagram Gus Miftah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah punya cara tersendiri untuk menyindir ucapan Ustaz Khalid Basalamah yang mengharamkan wayang.

        Terbaru, Gus Miftah membuat pertunjukkan wayang dengan menampilkan sosok mirip ustaz Khalid Basalamah.

        Baca Juga: Gus Miftah Digeruduk Warganet Gegara Singgung Ustaz Khalid Basalamah

        Pagelaran wayang kulit tersebut bertempat di Ponpes Ora Aji Tundan, Purwomartani, Kalasan, Sleman DIY pimpinan Gus Miftah pada 18 Februari 2022 lalu.

        Video pertunjukan wayang Khalid Basalamah itu kini viral di media sosial. Dalam lakon Begawan Lomana Mertobat dengan dalang Ki Warseno Slenk, ada wayang dibuat menyerupai Khalid Basalamah.

        Wayang Khalid Basalamah itu ceritanya dihajar habis-habisan oleh Prabu Bolodewo.

        “Rumangsamu Bolodewo bantenge tanah Jowo arep mbok usik-usik. Amardhikane arep mbok ganggu cangkemu iki cangkem opo.. cuk! Yen kowe ra seneng wayang ra sah kakean cangkem kowe. Rumangsamu arep dadi opo kowe…. bajing*n… remuk-remuk.. ayo diremuke,” kata dalang Ki Warseno Slenk, seperti dilihat Senin (21/2/2022).

        Video berdurasi 4 jam 34 menit dan 44 detik itu diunggah oleh channel @Gatot Jayatu.

        Di tengah-tengah pertunjukan wayang, Gus Miftah menyampaikan sajak yang berisi sindiran terhadap pihak yang disebut mengharamkan wayang.

        “Kamu siapa? Aku tahu jenggotmu panjang tapi belum tua. Wajar tak tahu budaya dan tata krama,” tulis Gus Miftah di akun Instagramnya @gusmiftah.

        Penggalan sajak lainnya, Gus Miftah mempertanyakan apakah perlu kuda lumping diganti dengan unta lumping dan haruskah gamelan diganti dengan rebana?

        “Pohon kelapa dengan pohon kurma? Dan haruskah nama Nabi Sulaiman diganti karena mirip kata-kata Jawa?” tulis Gus Miftah.

        Sebelumnya Gus Miftah juga mengajak masyarakat untuk menonton wayang dan tidak perlu tersinggung.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: