Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hindari Lima Hal yang Kerap Dilakukan bagi Investor Pemula

        Hindari Lima Hal yang Kerap Dilakukan bagi Investor Pemula Kredit Foto: Freepik
        Warta Ekonomi, Medan -

        Seorang investor dituntut untuk dapat memilih instrumen investasi yang disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing. Bagi investor pemula, terkhusus generasi milenial dan Gen Z, ada lima hal yang harus dihindari.

        Kepala Kantor BEI Wilayah Sumatera Utara, Pintor Nasution, mengatakan bahwa generasi milenial dan Gen Z diingatkan untuk memilih investasi di pasar modal yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pihak-pihak yang memegang peranan dalam mewujudkan transaksi yang teratur, wajar, dan efisien.

        Baca Juga: Bos Bukalapak Buka-bukaan Soal Investasi di Platform Belanja Besutan Chairul Tanjung

        "Hindari lima hal yang kerap dilakukan para investor pemula yang tergiur iming-iming dan sekadar ikut-ikutan," katanya, Jumat (4/3/2022).

        Pertama, setop untuk berpikir tidak perlu meng-upgrade diri karena sebelum berinvestasi harus benar-benar memahami strategi berinvestasi dan memahami kinerja perusahaan penerbit saham atau surat utang yang instrumennya hendak dibeli, serta mempelajari teknik Analisa yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di pasar modal.

        "Kedua, setop panik ataupun kalap terhadap fluktuasi harga karena fluktuasi merupakan sifat dari investasi di pasar modal. Panik hanya akan membuat kerugian jika kita buru-buru menjual saat harga saham turun, tanpa menganalisis kinerja perusahaan. Jika tujuan investasi untuk jangka panjang dan kinerja perusahaan baik, fluktuasi jangka pendek tidak perlu memengaruhi emosi pemodal," ujarnya.

        Ketiga, sEtop berinvestasi menggunakan dana utang. Porsi dana investasi harus menggunakan dana dingin yang dipersiapkan khusus untuk alokasi investasi. Artinya, dana ini bukan untuk kebutuhan bulanan atau keperluan jangka pendek.

        "Keempat, sEtop termakan rekomendasi tanpa melakukan analisa lanjut. Sebaiknya cari banyak sumber analisa dari riset perusahaan efek tentang perusahaan tercatat yang hendak dibeli atau melakukan kajian terhadap kinerja keuangannya sebelum memutuskan untuk membeli saham atau produknya," ujarnya.

        Kelima, sEtop FOMO atau Fear of Missing Out karena tidak dimungkiri banyak investor saat ini yang hanya sekadar mengikuti tren yang sedang ramai di tengah masa pandemi dan perkembangan teknologi yang ditawarkan.

        "Siapkan dana masa depan melalui investasi dan jadi investor cerdas," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: