Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BNPT Umbar Ciri Penceramah Radikal, Anwar Abbas Beri Jawaban Menohok, Sampai Kutip Omongan Orang AS!

        BNPT Umbar Ciri Penceramah Radikal, Anwar Abbas Beri Jawaban Menohok, Sampai Kutip Omongan Orang AS! Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas turut mengkritisi rilis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait ciri-ciri penceramah radikal. Menurut Anwar Abbas masalah radikalisme serta terorisme sudah tidak penting lagi dibahas.

        Sekarang ini yang perlu dibahas  lanjut Anwar Abbas adalah masalah ekonomi masyarakat Indonesia. Menurutnya masalah ini jauh lebih penting ketimbang sibuk urus masalah radikalisme.

        Anwar Abbas lantas mengutip pernyataan ekonom Amerika Serikat Milton Friedman dalam bukunya yang berjudul Free to Choose.

        Baca Juga: Ciri Penceramah Radikal Versi BNPT Dikritik MUI, Teddy Gusnaidi Nyeletuk: Yang Gak Suka, Ya Teroris!

        Pernyataan Milton yang dikutip oleh Anwar Abbas menyebutkan kombinasi kekuatan ekonomi dan politik yang berada di tangan yang sama akan menjadi resep seorang tirani.

        "Baca sajalah pernyataan Milton Friedman ini, akan tahu apa yang sedang terjadi di negeri ini.  Coba lihat bagaimana susahnya masyarakat, memangnya para pemimpin dan para politisi sibuk memikirkan dan mengurusi rakyatnya. Untuk apa bicara tentang terorisme di saat rakyat susah,” kata Anwar Abbas, Rabu (9/3/2022).  

        Terpisah, Ulama Ormas NU, KH. Marsudi Syuhud turut melontarkan kritik keras. Secara khusus Marsudi menyoroti salah satu ciri penceramah radikal versi  BNPT  yakni poin yang menyebut sikap ekslusif terhadap lingkungan dan memiliki pandangan anti budaya ataupun anti kearifan lokal. Marsudi menentang keras karena dinilai sangat rancu.

        "Ini perlu diperjelas, karena ada orang-orang yang memang tidak bisa bersosialisasi atau dikenal dengan orang introvert. Orang dengan pribadi seperti itu tidak bisa kemudian disebut radikal, meski pada dasarnya manusia makhluk sosial," katanya saat dihubungi Populis.id pada Rabu (09/03/2022).

        Marsudi menegaskan, penceramah yang menolak budaya lokal ini tidak serta merta dikategorikan radikal. Dia mengatakan jika satu budaya lokal yang dinilai bertentangan dengan ajaran Islam, maka hal itu jelas tidak bisa diterima para penceramah. Jadi kata dia tidak semua penceramah yang menolak budaya lokal adalah radikal.

        "Menolak budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam bukan sikap radikal. Bagi umat Islam, yang boleh diikuti adalah budaya yang tidak bertentangan dengan agama. Karena budaya tidak seratus persen diterima," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: