Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anwar Abbas: Harga Beras Naik, Tapi Harga Gabah Tak Ikut Naik, Petani Nestapa

Anwar Abbas: Harga Beras Naik, Tapi Harga Gabah Tak Ikut Naik, Petani Nestapa Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup, Anwar Abbas mengatakan naiknya harga beras telah membuka fakta bahwa ekonomi masyarakat tergolong rendah.

"Jadi kesimpulannya uang sebesar Rp.22 ribu dan atau Rp.44 ribu itu bagi masyarakat lapis bawah ternyata sangat-sangat berarti, sehingga untuk mendapatkan hal tersebut mereka rela berpanas-panas dan antri berjam-jam bahkan ada diantara mereka yang pingsan,” ungkapnya.

Abbas mempertanyakan kenaikan harga beras di pasaran tidak sebanding dengan kenaikan harga gabah yang dipanen oleh petani Indonesia. Padahal menurutnya, jika beras sebagai produk petani naik, gabah juga ikut naik harganya.

Agak mending, jika harga beras naik diikuti harga gabah juga ikut naik, dan pendapatan masyarakat di bidang-bidang lain juga naik. Akan tetapi faktanya, kenaikan harga beras sebagai makanan pokok tidak diimbangi dengan hal itu.

Melihat dari sisi realitas petani Indonesia yang saat ini semakin sedikit, karena kelompok muda enggan untuk melanjutkan pekerjaan petani karena berpendapatan rendah.

Diharapkan jika gabah petani harganya naik, dan berdampak pada kesejahteraan petani akan menarik minat kelompok muda untuk kembali bertani.

"Logika naiknya harga beras tidak masalah karena dia akan bisa menaikkan pendapatan dari para petani, sehingga anak-anak muda yang hari ini tidak tertarik dengan dunia pertanian menjadi tertarik sehingga hal demikian diharapkan akan bisa mendorong bagi meningkatnya produksi beras secara nasional,” katanya.

Petani saat ini nasibnya penuh nestapa, pekerjaannya pun penuh risiko. Di mana ongkos produksi yang tinggi, namun hasil produksi terjual murah.

Menurutnya mekanisme pasar, dan kebijakan pemerintah perlu untuk hadir dan lebih berpihak pada petani lokal.

"Tingkat keuntungan yang bisa mereka dapat  sangat rendah sementara risiko rugi yang mereka hadapi sangat tinggi berupa gagal panen, apakah karena faktor hama, atau cuaca dan lain-lain apalagi juga ada masalah-masalah lain seperti menyangkut sulitnya mendapatkan benih yang berkualitas bagus dan pupuk yang bersubsidi,” katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: