Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ketimbang Urus Radikalisme dan Terorisme, Felix Siauw Minta Densus 88 dan BNPT Urus Minyak Goreng!

        Ketimbang Urus Radikalisme dan Terorisme, Felix Siauw Minta Densus 88 dan BNPT Urus Minyak Goreng! Kredit Foto: Instagram/Felix Siauw
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penceramah kontroversial  Ustadz Felix Siauw menyindir keras  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88, dia mengatakan, ketimbang sibuk mengurus terorisme dan radikalisme, kedua lembaga itu lebih baik dilibatkan dalam penanganan krisis minyak goreng yang berlangsung sekarang ini.

        "Apa karena mafia minyak goreng ini bukan muslim? Jadi nggak dianggap radikal? Nggak dianggap masalah? Harusnya tuh BNPT diminta ngurus begini, Densus diminta datengin mafia-mafia ini, yang nyata-nyata menyusahkan banyak orang, nyata-nyata buat masalah," kata Felix dalam unggahan di akun instagramnya dikutip Populis.id Sabtu (19/3/2022).

        Baca Juga: HET Minyak Goreng Dicabut, PKS Mencak-mencak: Bikin Kebijakan Amatir, Gampang Berubah Gegara Ditekan

        Menurut Felix Siauw, mafia minyak goreng, jauh lebih radikal sebab sudah bikin susah seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan krisis minyak goreng yang terjadi sekarang menimbulkan korban jiwa, dimana disebutkan seorang ibu - ibu meninggal dunia ketika sedang mengantri minyak goreng.

        "Kurang radikal apa nih? Minyak goreng langka, rakyat sengsara, ngantre bahkan ada yang mati, tapi stok tetap susah," sindirnya. 

        Dia juga mengaku heran dengan kenyataan yang terjadi, yakni begitu pemerintah mencabut harga eceran tertinggi (HET) hingga membuat harga minyak goreng langsung melambung, tiba-tiba stok melimpah. 

        "Lha kemana aja minyak goreng selama ini? Negara enggak bisa lawan mafia pangan? Kemarin kok hebat banget dan jumawa banget bilang NKRI harga mati?," Itulah kita, enggak ada masalah kalau bukan radikal, dan radikal itu kalau mengganggu kepentingan penguasa," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: