Perbankan terus berlomba-lomba untuk memberikan layanan yang dapat menjangkau lebih banyak konsumen, baik nasabah, UMKM, maupun korporasi. Hal ini juga berlaku pada PT Bank DBS Indonesia (DBS Indonesia). Perusahaan yang telah berdiri sejak 1989 ini berkomitmen untuk menyediakan layanan perbankan yang komprehensif bagi tiap target jangkauannya.
Dalam upaya mewujudkan komitmen tersebut, DBS Indonesia mengusung konsep PRIDE sebagai pendekatan nilai dan budaya kerja perusahaan. Dengan nilai ini, perusahaan berhasil mengantongi sejumlah penghargaan, seperti 2nd Rank World’s Best Bank 2020 oleh Global Finance, Indonesia’s Most Popular Digital Financial Brands (Millenial’s Choice) 2020 oleh Iconomics, dan sejumlah penghargaan lainnya, termasuk Indonesia Public Relations Awards (IPRA) 2020 oleh Warta Ekonomi.
Capaian ini juga tak terlepas dari kemampuan pemimpin perusahaan dalam menyetir performa perusahaan. Sejak 2015 lalu, Bank DBS Indonesia dipimpin oleh Paulus Sutisna yang memiliki pengalaman sebagai bankir profesional selama lebih dari 30 tahun. Hal ini membuatnya memahami dan menguasai berbagai fungsi dalam industri perbankan, baik untuk lini depan maupun tengah.
Baca Juga: Garap Sektor Kesehatan, Bahana TCW dan DBS Treasures Hadirkan Reksa Dana Teranyar
Paulus Sutisna pernah bekerja selama 24 tahun di Citibank dan menyelami sejumlah posisi, seperti Managing Director dan Head of the Multinational Franchise di Indonesia. Kemudian, ia bergabung dengan HSBC Indonesia sebagai Head of Client Management of Global Banking. Setelah itu, Paulus Sutisna bergabung dengan DBS Indonesia pada 2015 dan diangkat menjadi Presiden Direktur pada tahun yang sama.
Tak ayal, Paulus Sutisna juga menerima sejumlah penghargaan, seperti SWA Magazine Best CEO Award dan Infobank Magazine’ Indonesia’s Top 100 Bankers Award pada 2017.
Untuk mendengar lebih jauh tentang Paulus Sutisna sebagai Presiden Direktur Bank DBS Indonesia serta tentang perusahaan sendiri, tim redaksi Warta Ekonomi berkesempatan untuk mewawancarainya. Berikut kutipan wawancara Warta Ekonomi dengan Paulus Sutisna.
Sebagai seorang pemimpin perusahaan, apa nilai-nilai yang Anda terapkan untuk perusahaan?
Sebagai bank yang memiliki tujuan positif atau purpose driven, DBS memiliki nilai-nilai dasar perusahaan yang sekaligus mencerminkan nilai dan budaya kerja yang kami sebut PRIDE. PRIDE merupakan kepanjangan dari Purpose-driven, Relationship led, Innovative, Decisive, Everything fun!
Purpose-driven merupakan nilai di mana kami berkomitmen menjadi mitra jangka panjang, berkomitmen untuk menetapkan layanan perbankan yang menyenangkan dan terpercaya. Relationship led adalah bagaimana kita menjalin relasi antara sesama karyawan dan bekerja sama sebagai tim untuk mencapai hasil yang lebih besar.
Innovative, kami selalu menantang karyawan untuk selalu berinovasi sebagai bagian dari pemikiran growth mindset. Decisive yaitu memberdayakan semangat kepada anggota tim untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas tindakan yang diambil.
Terakhir, Everything fun! Tentunya kami juga mendorong dan menghargai satu sama lain, selain urusan pekerjaan tentunya kami ingin karyawan menyisihkan waktu untuk sosialisasi dan melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Terlepas dari nilai-nilai diatas, kami juga sangat menghargai inklusivitas di mana setiap orang diperlakukan secara setara tanpa memandang latar belakang mereka. Selain itu, kami juga harus mampu beradaptasi dengan cepat dan merespons terhadap situasi baru, tantangan baru serta perubahan yang terjadi.
Digitalisasi menjadi transformasi yang berperan penting bagi perusahaan. Apa saja yang menjadi fokus Anda dalam mengembangkan inovasi digital DBS Indonesia?
Di DBS, kami memiliki prinsip yaitu Live More, Bank Less di mana hal ini yang mendorong kami untuk memberikan layanan perbankan yang mudah, nyaman dan aman bagi nasabah sehingga mereka dapat mengakses layanan tersebut dimana saja, kapan saja.
Transformasi digitalisasi pada Bank DBS secara konsisten terus berevolusi dan kekuatan kapasitas digital Bank DBS, kami sebut This is Digibank by DBS (TIDD) di mana kami menyediakan rangkaian produk dan layanan lengkap bagi nasabah kami baik segmen korporasi, UMKM maupun consumer banking.
Untuk segmen korporasi dan UMKM, kami memiliki layanan perbankan seperti DBS RAPID, DBS IDEAL, DBS MAX QRIS yang memudahkan nasabah untuk melakukan kegiatan bisnis dan transaksi perbankan secara real time.
Untuk segmen consumer banking, kami memiliki aplikasi digibank by DBS yang dirancang untuk memudahkan nasabah dalam melakukan berbagai transaksi mulai dari transfer tujuh mata uang, melakukan transaksi investasi, hingga kartu kredit digital.
Selain digitalisasi, apakah ada rencana transformasi bisnis dalam bentuk lainnya?
Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan yang positif (purpose-driven), kami tidak hanya melakukan transformasi digital, tetapi kami juga fokus untuk menjadi bisnis yang menjunjung tinggi keberlanjutan atau sustainability.
Kepedulian Bank DBS Indonesia tersebut terbagi menjadi tiga pilar sustainability, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Creating Social Impact.
Pada pilar pertama, Bank DBS Indonesia senantiasa membantu nasabah korporasi untuk bertransisi menjadi ekonomi rendah karbon melalui berbagai produk keuangan yang sustainable. Selain itu, Bank DBS Indonesia terus mengembangkan berbagai layanan wealth management-nya dengan menghadirkan produk investasi berbasis ESG.
Pada Januari lalu, Bank DBS Indonesia bersama Eastspring Indonesia menghadirkan Reksa Dana Indeks Eastspring IDX ESG Leaders Plus, reksa dana onshore pertama yang berbasis dari kinerja indeks IDX ESG LEADERS yang mengombinasikan strategi sustainability dan offshore sharia.
Sedangkan melalui pilar kedua, Bank DBS Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menjalankan bisnis yang lebih bersifat berkelanjutan dengan penghematan kertas, pemilahan sampah kertas, pemasangan panel surya, dan sustainable sourcing dengan memprioritaskan wirausaha sosial.
Untuk pilar ketiga, Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan para wirausaha sosial untuk menciptakan dampak sosial yang positif. Bank DBS Indonesia juga secara aktif mendukung dan mengembangkan pertumbuhan wirausaha sosial melalui tiga program Championing Social Enterprise yakni nurturing, advocating, dan integrate.
Advokasi (advocate) erat kaitannya dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sebuah bisnis memiliki misi sosial sehingga dapat menyejahterakan masyarakat. Beberapa bentuk kegiatannya termasuk DBS Foundation Social Enterprise Meet-Up yang merupakan sarana untuk berbagi pengetahuan, tantangan, hingga memecahkan masalah serta peluncuran buku panduan atau SE Handbook tentang wirausaha sosial bekerja sama dengan pusat UKM Universitas Indonesia.
Pendekatan kedua adalah dengan memberikan bimbingan (nurture) kepada wirausaha sosial melalui pendanaan, capacity building dan membuka peluang untuk mereka tumbuh. Beberapa kegiatannya adalah DBS Foundation Social Enterprise Bootcamp, DBS Foundation Grant, dan DBS Done in A Day, di mana karyawan senior Bank DBS terlibat dalam memberikan pelatihan sesuai bidangnya seperti Financial Management, Digital Marketing & Strategy, Marketing & Branding, Business Model, Human Resources and Legal.
Pendekatan terakhir adalah mengintegrasikan seluruh pemikiran tentang wirausaha sosial ke dalam program dan budaya DBS dan mengajak karyawan menyalurkan waktu serta tenaga mereka untuk memberikan dampak positif di masyarakat. Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan wirausaha sosial sebagai vendor dan memberikan prosedur komersial khusus yang memudahkan wirausaha sosial untuk bermitra dengan kami. Di sinilah kami sebagai bank selalu berusaha untuk Walk the Talk.
Kinerja perusahaan tentu tak bisa lepas dari kontribusi karyawan. Menurut Anda, seberapa penting peran karyawan bagi perusahaan dan bagaimana upaya Anda dalam memenuhi kebutuhan karyawan?
Sebagai aset terpenting, PT Bank DBS Indonesia menempatkan SDM sebagai mitra strategis dalam mencapai keunggulan kompetitif. Untuk itu, DBSI terus mengembangkan kualitas dan kompetensi SDM dan memastikan mereka memiliki kompetensi, keahlian, dan komitmen serta responsif terhadap perubahan dengan tetap berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dasar bank (PRIDE) agar tetap kompeten dan relevan.
Dalam segi perekrutan, DBS secara proaktif membangun jaringan untuk merekrut dan mengembangkan bakat perempuan di bidang teknologi yang secara konvensional masih kurang terwakili.
Apa saja tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dan bagaimana Anda menyikapinya?
Transformasi digital, di industri mana pun, termasuk perbankan, tidak bisa dihindari. Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menikmati layanan perbankan. Dengan dukungan teknologi, bukannya nasabah datang ke cabang bank lagi (branch banking) tapi dilakukan dari genggaman tangan (digital banking), atau dengan kata lain, layanan perbankan menjadi “invisible”.
Nah, tantangan ke depannya adalah edukasi nasabah bahwa perbankan digital dapat memenuhi layanan keuangan, dengan lebih nyaman, lebih mudah dan juga tetap aman. Saya garis bawahi keamanan ini, karena bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan. Tantangan bagi kita, untuk tetap menjaga keamanan dan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan.
Milenial menjadi kelompok yang mendominasi populasi Indonesia. Bagaimana strategi Anda untuk menjangkau kelompok tersebut?
Sebagai generasi yang berada di rentang usia produktif dan tumbuh di tengah-tengah era digital dan internet, tentunya kaum milenial membutuhkan layanan perbankan yang mudah diakses, cepat, terhubung dengan internet dan berbagai aplikasi lain yang mereka gunakan, sehingga pada akhirnya dapat mendukung produktivitas. Bank DBS Indonesia sangat memahami kebutuhan ini, maka kami meluncurkan digibank pada tahun 2017 di mana nasabah dapat mengakses tabungan, deposit, investasi, kartu kredit, dan pinjaman melalui satu aplikasi.
Untuk memudahkan akses kepada masyarakat luas terhadap produk untuk mengelola keuangan, Bank DBS Indonesia juga memiliki Wealth Democratization Campaign yang memungkinkan nasabah untuk mulai berinvestasi reksa dana hanya dengan Rp100.000 serta deposito dan obligasi mulai dari Rp1.000.000.
Selain itu, kami menyadari bahwa tingkat financial literacy di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Maka, seperti yang sudah disebutkan di atas, kami memiliki program People of Purpose untuk memberi edukasi perihal keuangan bagi kaum milenial.
Berbicara hal yang personal, apa yang menjadi hobi atau minat Anda?
Di masa pandemi ini, saya senang dapat tetap melakukan hobi saya yaitu bersepeda baik keliling kota atau daerah lain.
Apakah ada target personal yang ingin Anda capai dalam hidup Anda?
Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Bagaimana kalau target Anda untuk perusahaan? Baik yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang.
Tahun 2021 merupakan tahun yang penuh tantangan karena kami dihadapkan pada krisis COVID-19 yang berkepanjangan. Kendati demikian, kami tetap fokus untuk mewujudkan visi bank sebagai pilihan nasabah dalam pengalaman Live More Bank Less. Bank berhasil memanfaatkan setiap peluang yang ada di tengah masa pandemi untuk dapat menjadi relevan dan terjangkau oleh nasabah, salah satunya dengan mengoptimalkan kemampuan digital banking kami.
Kalau Bank DBS Indonesia sendiri, apa target perusahaan selanjutnya?
Seperti yang tadi sudah saya sampaikan sebelumnya, peluang bank digital masih sangat terbuka luas dan pangsa pasarnya masih sangat besar. Seiring dengan masyarakat yang semakin “melek digital”, masih banyak kesempatan bagi pelaku di industri untuk masuk ke segmen yang dituju masing-masing. Dengan proses digitalisasi, perbankan akan terus menerus berevolusi guna mengantisipasi kebutuhan nasabah/pasar.
Tantangan yang pertama adalah bagaimana kita tetap berkolaborasi untuk mengedukasi nasabah, terutama untuk meningkatkan kepercayaan dan rasa aman terhadap bank digital. Kedua, bagaimana kita meningkatkan layanan berdasarkan teknologi, untuk membuat transaksi semakin mudah atau semakin “invisible” sehingga adopsi menjadi lebih mudah bagi masyarakat.
Ketiga, bagaimana kita tetap menjadi yang terdepan dalam penggunaan teknologi, terutama karena perkembangan teknologi saat ini sangat “eksponensial”. Coba saja, kita baru sedang implementasi artificial intelligence (AI) dan chatbot, tapi di depan mata kita sudah melihat perkembangan teknologi baru yang in-the-works. Seperti implementasi blockchain kepada Decentralized Finance (DeFi), lalu Metaverse yang katanya akan menjadi parallel world kita. Kita perlu memantau bagaimana impact-nya terhadap industri kita.
Tak lupa juga, bagaimana kita menentukan etika atau norma yang baik dalam penggunaan teknologi, terutama terkait dengan privacy. Semua tantangan ini akan dapat kita capai bersama-sama demi kemajuan, jika kita sebagai industri, juga bersama-sama regulator terus berkolaborasi menghadapinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: