Omongan Presiden Ukraina Bikin Dunia Ambyar, Bicara Kelaparan Global Terjadi Usai...
Serangan Rusia di Ukraina berisiko memicu kelaparan di negara-negara di seluruh dunia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan pernyataan itu melalui tautan video di depan parlemen Italia pada Selasa (22/3/2022). Dalam pidatonya terakhirnya kepada anggota parlemen Barat, Zelensky mendesak bantuan yang lebih besar untuk mengalahkan penjajah Rusia.
Baca Juga: Presiden Ukraina: Joe Biden Telah Berutang pada Rakyat Ukraina
Invasi Rusia yang dimulai pada 24 Februari, telah menghancurkan kota-kota Ukraina, menewaskan warga sipil. Di tengah gempuran bom-bom militer Rusia itu, kata Zelensky, rakyatnya telah mencoba untuk bertahan hidup.
"Bagi pasukan Rusia, Ukraina adalah gerbang Eropa, di mana mereka ingin menerobos, tetapi barbarisme tidak boleh dibiarkan.
"Hal yang paling mengerikan adalah kelaparan yang mendekat yang dihadapi sejumlah negara. Ukraina selalu menjadi salah satu pengekspor makanan terbesar, tapi bagaimana kita bisa menabur (tanaman) di bawah serangan artileri Rusia?" tanya Zelensky seraya menambahkan bahwa konsekuensi perang sudah dirasakan di banyak bagian dunia.
Negara-negara seperti Lebanon, Mesir, Yaman dan lain-lain telah bergantung pada gandum Ukraina dalam beberapa tahun terakhir.
Perang yang terus berlanjut di Ukraina pun tercatat telah menyebabkan harga gandum meroket. Pada bulan lalu saja, peningkatan harga mencapai hingga 50 persen, kata Reuters.
Perang yang terjadi di Ukraina adalah serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Presiden Rusia Vladimir Putin, sementara itu, telah menggambarkan serangannya sebagai 'operasi militer khusus', yang bertujuan untuk melucuti senjata Ukraina dan melindungi negara itu dari 'Nazi'.
Di sisi lain, Barat telah menyebut invasi Kremlin ke Ukraina sebagai dalih palsu untuk perang agresi yang tidak beralasan.
Membalas Zelensky, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan bahwa Ukraina telah menawarkan perlawanan 'heroik' terhadap invasi Rusia. Pihaknya pun menjanjikan dukungan berkelanjutan bagi para pengungsi yang menyelamatkan diri dari pertempuran, serta bantuan militer.
"Arogansi pemerintah Rusia telah bertabrakan dengan martabat rakyat Ukraina, yang telah berhasil mengekang tujuan ekspansionis Moskow dan membebankan biaya besar pada para tentara penyerang (Rusia)," kata Draghi kepada parlemen.
Menandakan keinginannya untuk memperkuat hubungan dengan Barat, Ukraina telah lama mengatakan ingin bergabung dengan Uni Eropa.
Namun, Draghi mengatakan kepada anggota parlemen bahwa permintaan Kyiv adalah proses yang panjang karena banyak reformasi yang diperlukan agar Ukraina bisa berintegrasi sepenuhnya dengan blok 27 negara Eropa.
"Saya ingin mengatakan kepada Presiden Zelensky bahwa Italia berada di pihak Ukraina dalam proses ini. Italia menginginkan Ukraina di Uni Eropa," kata Draghi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: