Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Petani Binaan PT Astra di Banyuwangi Ekspor Buah Naga ke Eropa Senilai Rp1,8 Miliar

        Petani Binaan PT Astra di Banyuwangi Ekspor Buah Naga ke Eropa Senilai Rp1,8 Miliar Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Banyuwangi -

        Petani asal Banyuwangi mengekspor buah naga dan buah-buah tropis lainnya ke sejumlah negara Eropa dan Singapura. Ekspor senilai Rp1,8 miliar itu dilepas Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestyandani.

        Pada kesempatan ini hadir juga Direktur Promosi dan Pemasaran Produk Unggulan Desa, Kementerian Desa PDDT, Syahrul serta Head of social engagement PT Astra International Indonesia Tbk, Triyanto.

        Baca Juga: Dalam Masa Embargo, Eropa Terus Ekspor Senjata ke Rusia dengan Nilai Fantastis

        Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestyandani mengatakan, ekspor buah naga ini berasal dari 15 desa di wilayahnya. Hal ini sebagai bukti kualitas pertanian di daerahnya yang makin meningkat. "Kita makin moncer pertaniannya," kata Ipuk di Desa Jembawangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (26/3/2022).

        Menurutnya, keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja sama semua pihak. Salah satunya PT Astra International Indonesia Tbk yang melalui CSR-nya memberikan pendampingan kepada para petani di wilayahnya itu.

        "Keberhasilan dari para petani di desa Jambewangi di Kecamatan Sempu ini merupakan buah dari komitmen dan kerja keras semua pihak. Mudah-mudahan keterlibatan seluruh unsur ini tidak hanya dalam meningkatkan produksi, tapi juga nilai jual," ujarnya.

        Ipuk pun mengapresiasi kualitas buah yang akan diekspor ini. Ia menuturkan, hasil alam tersebut sudah sesuai dengan standard ekspor sehingga mampu berkompetisi secara global. "Sebelumnya juga banyak hasil pertanian dari Banyuwangi yang diekspor," katanya. 

        Adapun Direktur Promosi dan Pemasaran Produk Unggulan Desa, Kementerian Desa PDDT, Syahrul, memuji keberhasilan Banyuwangi khususnya terkait pertanian. "Saya kalau boleh bercerita, tahun 2004 ke sini saat melakukan verifikasi Banyuwangi sebagai daerah tertinggal. Sekarang perkembangannya luar biasa," ujarnya.

        Meskipun demikian, Syahrul mengingatkan petani Banyuwangi agar tidak berpuas diri. Salah satunya adalah dengan terus mempertahankan kerja sama petani di setiap desa. "Desa-desa lainnya harus terus digandeng supaya kapasitas produksi jadi lebih besar," katanya.

        Selain itu, ia pun meminta kualitas pertanian agar terus dijaga sehingga mampu berkompetisi di tingkat global. "Pendampingan dari Astra ini jadi contoh, bagaimana kita membangun desa secara bersama-sama," imbuhnya.

        Pada kesempatan yang sama, Head of social engagement PT Astra International Indonesia Tbk, Triyanto menjelaskan, pihaknya melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) senantiasa berkomitmen untuk terus mendampingi para petani. Di Banyuwangi ini, pihaknya sudah sejak lama mendampingi petani meski program DSA dimulai pada 2018.

        "Sejak 2015 kami dengan Pak Anas (bupati Banyuwangi sebelumnya) saling berkunjung," katanya. Triyanto menyebutkan bahwa pendampingan petani buah naga di Banyuwangi ini memasuki tahun kedua. Melalui CSR-nya, DSA fokus untuk memaksimalkan kualitas dari buah-buahan Banyuwangi yang akan diekspor.

        "Supaya ekspornya bisa terus berlanjut," imbuhnya.

        Selain di Banyuwangi, PT Astra juga mendampingi sejumlah desa di Jawa Timur dengan harapan bisa menjadi desa mandiri. "Kami sudah menandatangani MoU dengan Gubernur Jawa Timur untuk mengembangkan desa-desa di Jawa Timur," katanya.

        Hasilnya, dari 10 DSA yang masuk kategori mandiri, enam di antaranya berada di Jawa Timur. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berupaya dalam menciptakan desa-desa menjadi mandiri.

        "Kami berharap bisa terus mendampingi, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan menurunkan angka kemiskinan," ungkapnya.

        Hingga saat ini, lanjut Triyanto, program DSA sudah menjangkau 930 desa di 142 kabupaten di 34 provinsi. Terdapat sejumlah produk unggulan yang siap ekspor seperti klaster kopi, agrikultur dan olahan, kelautan dan perikanan, serta wisata kriya dan budaya.

        "Dalam pelaksanaannya, kami melibatkan expertise, akademisi, startup, komunitas masyarakat, dan pemerintah," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: