Layanan Metaverse di Indonesia diperkirakan bisa efektif digunakan masyarakat Indonesia dalam tiga tahun ke depan atau 2025 mendatang dengan memberi pengalaman baru sisi kustomer setelah memenuhi sejumlah kebutuhan lapangan.
Presiden Forum Alumni Universitas Telkom (FAST), Sri Safitri mengatakan, prediksi tersebut merujuk sejumlah kalkulasi realistis. Layanan efektif Metaverse akan bergantung seberapa isu bidang infrastruktur, peranti keras, dan regulasi bisa diselesaikan di Indonesia.
Baca Juga: Tak Mau Ketinggalan Hype Metaverse, Jack Ma Rogoh Investasi ke Startup Kacamata Augmented Reality
"Jika sisi-sisi ini belum bisa ditangani, maka use case Metaverse tidak bisa dalam waktu dekat dilaksanakan," jelas Sri dalam Webinar Metaverse dan NFT: Aspek Hukum, Bisnis, dan Teknologi, Rabu (29/3/2022).
Deputy Executive Vice President CX & Digitization PT Telkom ini mencontohkan, mayoritas kecepatan jaringan internet masyarakat Indonesia kisaran 10 Mbps. Sebuah angka yang masih harus ditingkatkan lagi untuk layanan Metaverse yang mulus dan memberikan pengalaman pelanggan yang baik.
Baca Juga: Mark Zuckerberg Kerahkan 100.000 Karyawan untuk Fokus Bangun Metaverse
Selain itu, kata Uni Safitri, sapaannya, tujuh kondisi layanan pun belum semuanya matang dan mapan menyokong Metaverse yakni perangkat keras, komputer, networking, platform virtual, interchange tools & standards, serta layanan pembayaran dan konten.
"Jangan lupakan pula isu keamanan, potensi serangan siber akan muncul, bahkan dalam bentuk yang belum pernah ada. Privasi pun akan dicari-cari celahnya oleh kriminil, karena kelak Metaverse ini seperti honeypot. Sarang madu baru yang akan dikerubungi dan jadi target utama," ungkapnya.
Selanjutnya, jika sudah mulus diberikan, maka akan terdapat sisi menarik yang perlu diperhatikan dari sisi pengalaman pelanggan. Antara lain perusahaan penyedia akan lebih mampu kenali generasi Z dan milenial, akan mudah melihat historis perjalanan kustomer, serta bisa eksplorasi dan tingkatkan kepuasan pengalaman pelanggan dari sisi MR (Mixed Reality), AR (Augmented Reality), dan VR (Virtual Reality).
"Ini pun agar pengalaman maksimal, jangan terlalu terburu-buru karena kita perlu identifikasi, tes, dan cek dulu atribut pelanggan," imbuhnya.
Baca Juga: Masuk Metaverse, DDI Gandeng WIR Group dan Pakuan Buat Terobosan Baru di Dunia Properti Indonesia
Menurutnya, perusahaan perlu navigasi customer journey lebih lanjut, termasuk mencari paduan kebutuhan masyarakat akan Metaverse yang tetap dipadukan kebutuhan fisikal mereka.
Bahkan bisa melihat seberapa lama mata pelanggan menatap iklan yang ada di layanan Metaverse, sehingga peluang monetisasi dan komersialisasi layanan juga meningkat drastis.
Baca Juga: Masuki Konsep Metaverse, Triniti Land Teken Kerja Sama dengan WIR Group
Adapun, Guru Besar Kecerdasan Buatan Telkom University Suyanto menambahkan, pihaknya sedang mengembangkan Metaverse berbasis Automated Explained Artificial Intelegence yang diperkirakan titik sempurna layanannya baru terjadi pada 2030 mendatang.
"Teknologi kami ini masuk generasi ke-4 dengan menggunakan pendekatan white box, yakni akurasi tidak tinggi tapi segalanya bisa dijelaskan ke semua pihak. Data besar dan data kecil masuk ke teknologi berbasis mesin dengan output paremeter otomatis, termasuk membuka peluang masyarakat ikut kembangkan coding-nya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: