Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lovary Luruskan Salah Kaprah soal Perhiasan Emas 24 Karat

        Lovary Luruskan Salah Kaprah soal Perhiasan Emas 24 Karat Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tren perhiasan emas kembali naik daun di tahun 2022 ini. Perhiasan emas makin dilirik karena potensi investasi yang menguntungkan. Namun tren ini juga diikuti banyak miskonsepsi pada masyarakat. Salah satunya adalah persepsi terhadap perhiasan emas 24 karat.

        Perhiasan emas 24 karat dibicarakan karena dipandang memiliki dua fungsi: sebagai perhiasan yang memperindah penampilan, serta sebagai investasi jangka panjang yang tidak pernah turun nilainya. Berbeda dengan emas batangan, emas dalam bentuk perhiasan bisa digunakan untuk meningkatkan status sosial.

        Namun apakah tren perhiasan emas 24 karat ini benar adanya? Tren ini ditanggapi oleh Ibrahim Yusuf, founder dan CEO dari PT Lovary Corpora Indonesia, Lovary adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur perhiasan, terutama cincin tunangan dan cincin nikah.

        Lovary juga menjadi pionir dari metode 3D Manufacturing yang menjamin hasil produksi perhiasan custom mereka presisi sampai tingkat milimeter, hingga saat ini Lovary telah memiliki ratusan ribu pengikut di Instagram dan media sosial lainnya.

        Saat ditemui di Lovary, Ibrahim menyatakan kesangsian dalam tren perhiasan emas 24 karat ini. Menurut Ibrahim, emas 24 karat atau emas murni tidak tepat untuk diolah menjadi perhiasan. Karena emas murni tidak cukup kuat untuk digunakan sebagai perhiasan.

        “Karakter emas 24 karat adalah lunak. Jika digunakan sebagai perhiasan, maka akan mudah berubah bentuk, padahal sebagai bahan perhiasan ia harus kuat” ujar Ibrahim. Karakter emas 24 karat yang lunak rentan rusak jika digunakan sebagai perhiasan yang dipakai sehari-hari.

        Ibrahim mengamati tren ini. Ia mengaku beberapa kali bertemu dengan konsumen yang menyatakan bahwa produk perhiasan yang mereka beli adalah 24 karat tapi ternyata setelah dicek berkode 750, padahal 24 karat sama dengan 999, sedangkan 750 artinya 18 karat.

        “Saya melihat kurangnya pengetahuan dari sisi konsumen dan kurangnya edukasi dari sisi seller sendiri” imbuh Ibrahim. Sebetulnya cara menghitung karat ini mudah, jika kodenya 750 artinya kadarnya 75%, nah tinggal dikalikan saja 75% dengan 24 karat sama dengan 18 karat, atau contoh lainnya jika kodenya 585 artinya 58,5% dikali 24 karat sama dengan 14 karat.

        Konsumen cenderung tidak ingin mencari tahu kode angka yang tertulis dalam perhiasan, selain itu, seller juga sering cepat-cepat mengiyakan pendapat konsumen karena ingin segera terjadi transaksi.

        Ketika konsumen meminta perhiasan emas berkadar 24 karat, seller seringkali tidak mau repot dan segera mengiyakan tanpa memberi edukasi terlebih dahulu. Menurut Ibrahim ini praktik jual-beli yang kurang baik.

        Kebiasaan mengiyakan tanpa edukasi ini berpotensi membohongi konsumen perhiasan emas. Hal ini yang melahirkan tren salah kaprah tentang perhiasan emas 24 karat. Ibrahim menyayangkan hal ini.

        Ibrahim tidak memungkiri bahwa perhiasan bisa dibuat dengan emas 24 karat. Lovary sendiri memang mengedepankan custom dari bahan, harga, serta desain. Apabila ada konsumen yang menginginkan, Lovary bisa saja memproduksi perhiasan emas 24 karat. Namun Lovary lebih mengedepankan edukasi yang terbuka kepada konsumen.

        Apabila konsumen menginginkan produk perhiasan emas 24 karat sebagai investasi, sebaiknya yang dipilih adalah emas batangan. Menurut Ibrahim, perhiasan emas memiliki sunk cost yang lebih banyak, karena ada proses dan ongkos pembuatan yang lebih rumit dibanding emas batangan.

        Seperti biaya produksi, bahan terbuang dan lain-lain. Sedangkan emas batangan tidak, dan biasanya emas batangan diproduksi dengan skala produksi yang lebih besar, sehingga biaya produksinya bisa lebih rendah.

        “Saya sendiri juga berinvestasi emas batangan. Kadang emas batangan saya juga saya lebur menjadi produk,” terang Ibrahim.

        Ibrahim kembali menekankan bahwa konsumen juga perlu memiliki pengetahuan produk sebelum membeli perhiasan emas. Tentu untuk mencegah salah paham. Namun yang bertanggung jawab lebih atas edukasi ini adalah seller.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: