Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Anggap Wajar Kenaikan Harga Pertamax, Mamit Setiawan: Harga BBM di Indonesia Masih Murah

        Anggap Wajar Kenaikan Harga Pertamax, Mamit Setiawan: Harga BBM di Indonesia Masih Murah Kredit Foto: Dok. Pribadi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan, ikut merespons perihal kenaikan harga bahan bakar jenis Pertamax oleh Pertamina menjadi Rp12.500 perliter 1 April 2022 kemarin.

        Menurutnya, kenaikan tersebut merupakan langkah tepat lantaran harga minyak dunia sudah sangat tinggi.

        Baca Juga: Solar Sempat Langka, Menteri ESDM Kunjungi 9 SPBU di Kaltim & Kalsel Pastikan Suplai BBM Lancar

        Bahkan, menurutnya harga BBM di Indonesia masih jauh lebih murah jika dibandingkan dengan negara lain.

        "Harga BBM di Indonesia jauh lebih murah jika di bandingkan dengan negara lain. Mengacu kepada Global Petrol Price, harga BBM di Singapura adalah Rp30.208 per liter, Laos Rp24.767, Filipina Rp20.828, Kamboja Rp20.521, Thailand Rp19.767, Vietnam Rp18.647, Indonesia Rp16.500 dan Malaysia Rp6.965," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (9/4/2022).

        Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut Harga BBM Tak Tertahan, Masyarakat Harap Mengerti

        Sambungnya, "Harga di Malaysia lebih murah di karenakan Malaysia karena mereka menerapkan subsidi Automatic Pricing Mechanism (APM) dimana kebijakan APM ini berfungsi untuk menstabilkan harga bensin seperti bensin RON 95, RON 97 dan solar sampai batas tertentu melalui pemberlakuan pajak penjualan dan subsidi dalam jumlah yang bervariasi. Oleh karenanya, perubahan harga eceran dipengaruhi oleh besaran pajak dan subsidi dalam batas tertentu sesuai kebijakan yang ditetapkan pemerintah Malaysia. Selain itu, jalur distribusi di Malaysia jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan," urai Mamit.

        Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini harga minyak secara global memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

        Hal ini karena harga minyak dunia yang terus naik dimana salah satu persoalannya ada konflik Rusia-Ukraina yang belum juga selesai hingga embargo yang dilakukan negara Barat terhadap produk migas milik Rusia. Sedangkan Rusia memasok 11,4% dari total kebutuhan minyak dunia.

        "Sebagai contoh, harga BBM di Hongkong mencapai Rp36.176 per liter, Jerman Rp34.454 per liter, Italia Rp34.310 per liter, dan Yunani Rp32.733 per liter. Jadi, sudah sewajarnya Pertamina menyesuaikan harga BBM Umum mereka," kata Mamit

        Selain itu, menurut Mamit kenaikan harga Pertamax RON 92 masih jauh lebih murah jika dibandingkam dengan SPBU Swasta lainnya. Sebagai perbandingan, harga BBM RON 92 yang di jual Shell hari ini berada di Rp.16.500, Vivo Rp 12.900, dan BP-AKR Rp.12.990 sementara Pertamax masih Rp 12.500 per liter, dengan demikian Pertamina masih harus menanggung selisih harga dengan tetap menjaga daya beli masyarakat.

        "Apa yang dilakukan oleh Pertamina dengan tidak menyentuh faktor psikologis konsumen Pertamax yaitu di harga Rp15.000-Rp16.000 per liter sudah tepat. Dengan demikian, hal ini bisa menghindari terjadinya migrasi besar-besaran ke Pertalite mengingat saat ini Pertalite merupakan jenis bahan bakar khusus penugasan (JBKP)," ujar Mamit

        Mamit pun memperkirakan migrasi hanya di 20%-25%, itupun saat di awal kenaikan Pertamax. Setelahnya konsumen akan beralih kembali ke Pertamax mengingat konsumen Pertamax ini segmented, masyarakat golongan menengah ke atas yang paham akan manfaat dari BBM ron tinggi.

        "Seperti pengalaman pribadi saya saat menggunakan Pertalite kok mesin performancenya berkurang. Mesin bunyi "ngelitik", lebih sering ke SPBU dan pas service jadi lebih banyak yang di ganti. Akhirnya saya kembali menggunakan Pertamax karena dari apa yang saya keluarkan saat menggunakan Pertalite sama saja saat menggunakan Pertamax," pungkas Mamit.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: