Serangan Israel ke Masjid Al-Aqsa Adalah Penghinaan Besar buat Umat Islam Seluruh Dunia
Masjid Al-Aqsa telah berada dalam bahaya sejak Pendudukan Israel atas Yerusalem Timur dimulai pada tahun 1967.
Sejak pendudukan, otoritas Israel telah mengizinkan ekstremis Israel untuk mengintimidasi dan melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa. Namun, dalam satu dekade terakhir, serangan terhadap Masjid Al-Aqsa telah diarahkan oleh elit politik Israel.
Baca Juga: Jika Masjid Al-Aqsa Diacak-acak, Raja Yordania Kirim Kabar Buruk buat Zionis
Salah satu titik hasutan politik langsung ditandai oleh Ariel Sharon, yang pada 2019 diapit politisi Likud menyerbu Masjidil Haram al-Sharif Aqsa. Reaksi Palestina terhadap provokasi Israel menyebabkan intifada Al-Aqsa. Selama intifada ribuan rumah Palestina dihancurkan, ribuan lainnya ditangkap dan lebih dari 3.000 warga Palestina terbunuh.
Middle East Monitor dalam laporannya menyebut serangan terhadap Masjid Al-Aqsa dan para jamaahnya yang damai selama beberapa tahun terakhir telah menjadi begitu sering sehingga menjadi normal.
Pada Ramadan 2019, para ekstremis Israel yang melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa diberikan perlindungan militer oleh politisi Israel. Pada Ramadan 2021, Al-Aqsa menyaksikan salah satu serangan paling brutal dari Israel, termasuk memukuli jamaah secara acak, menembakkan peluru karet, dan granat kejut di dalam masjid. Ramadan 2022 kembali menyaksikan pengulangan agresi Israel, yang berlangsung lebih lama dan lebih berani.
Masjid al-Aqsa adalah situs Muslim paling suci di Yerusalem. Bagi umat Islam di seluruh dunia, Al-Aqsa adalah simbol memori kenabian yang tidak hanya menghubungkan tiga situs paling suci Mekah, Madinah dan Yerusalem tetapi juga biografi Nabi.
Al-Aqsa juga membentuk jalinan historisitas Muslim. Al-Aqsa menyerukan umat Islam untuk mengambil pelajaran dari Umar, Khalifah kedua tentang bagaimana berperilaku dalam kemenangan. Al-Aqsa melalui kehidupan Salahudeen mengajarkan umat Islam ketabahan dan ketekunan.
Al-Aqsa juga merupakan tempat meditasi dan refleksi. Karena alasan inilah Al-Aqsa menjadi tempat tinggal para ulama besar seperti Imam Ghazali, Rabia Basari, Syekh Ibrahim ibn Adham dan lain-lain.
Sentralitas dan pentingnya Masjid Al-Aqsa bagi umat Islam tetap tidak terbantahkan. Oleh karena itu, serangan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa tidak dapat direduksi menjadi serangan terhadap Palestina.
Penodaan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa adalah sebuah front bagi umat Islam di seluruh dunia. Israel melalui tindakan dan dukungannya untuk para ekstremis menunjukkan pengabaiannya terhadap kesucian yang dipegang umat Islam Al-Aqsa.
Baca Juga: Pasukan Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa untuk ketiga kalinya sejak awal Ramadan
Sepanjang serangan keras Israel, orang-orang Palestina telah berkumpul untuk melindungi Masjid Al-Aqsa. Faktanya, di bulan Ramadhan 2021 dalam beberapa jam serangan Israel tanpa ampun lebih dari 260.000 orang Palestina berkumpul untuk beribadah pada hari Jumat terakhir.
Demikian pula, tahun ini meskipun pembatasan, pos pemeriksaan, penangkapan, pemukulan dan mungkin dibunuh lebih dari 100.000 dilakukan shalat Jumat di Al-Aqsa.
Jika makna spiritual dari Al-Aqsa Haram Sharif adalah untuk semua Muslim dan pelanggaran Israel dialami oleh orang Palestina, pertanyaan penting untuk ditanyakan adalah apa yang dilakukan Muslim di seluruh dunia untuk situs suci mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto