Peringati Hari Kartini, Kemendikbudristek Perkuat Karakter Srikandi Indonesia Masa Kini
Memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melaksanakan kegiatan nonton bareng (nobar) virtual film 3 Srikandi dan webinar Jumpa Sapa yang membahas tentang Profil Pelajar Pancasila, kesetaraan gender, inklusivitas, serta penuntasan kekerasan seksual. Kegiatan yang bertema “Dari Srikandi Untuk Kartini” ini bertujuan untuk mengingat kembali semangat emansipasi perempuan yang dulu diperjuangkan R. A. Kartini.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyoroti perjuangan R. A. Kartini yang kepeduliannya begitu besar terhadap pendidikan bagi kaum perempuan meski ia masih belia. Bahkan, ia menuliskan pemikirannya untuk menentang segala batasan yang menghalangi kemajuan perempuan di masa itu.
Baca Juga: Kemendikbudristek Tawarkan Jalan Kebudayaan untuk Hidup yang Berkelanjutan Dalam Pertemuan G20
“Selamat Hari Kartini. Mari, terus lanjutkan semangat perjuangan perempuan Indonesia. Maju terus Kartini masa kini,” ucapnya pada Jumat (22/4) di hadapan 4.000 peserta yang menyaksikan secara daring melalui kanal YouTube Cerdas Berkarakter Kemendikbud RI dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/4/2022).
Senada dengan itu, Franka Makarim juga sepakat bahwa semangat Kartini masa kini harus senantiasa hidup dalam diri perempuan Indonesia untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara. “Mari terus menguatkan untuk berkontribusi bagi sesama karena di tangan kitalah (perempuan) masa depan Indonesia,” katanya.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Penguatan Karakter (Kapuspeka) Kemendikbudristek, Hendarman menuturkan, Puspeka menggunakan momentum Hari Kartini untuk terus mengingat dan meresapi makna perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam mewujudkan kesetaraan hak pendidikan bagi perempuan dan mendorong percaya diri perempuan dalam berkarier.
Selain itu, ia berharap perayaan ini akan memicu kesempatan yang lebih besar bagi perempuan untuk berkarya, membangkitkan kualitas hidup perempuan, serta mengajak semua orang untuk turut terlibat berkolaborasi sesuai dengan kapasitasnya. Semata-mata untuk menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan sehingga mereka bisa hidup dalam situasi yang aman dan nyaman.
“Kita masih punya pekerjaan rumah untuk memastikan terciptanya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam hal akses, pelibatan, dan kepemimpinan di sektor pendidikan,” tutur Plt. Kapuspeka.
Dalam sambutannya, Hendarman menyebut bahwa Kemendikbudristek telah dan akan terus memperjuangkan kesetaraan hak atas pendidikan. Terobosan-terobosan Merdeka Belajar yang saat ini sudah mencapai sembilan belas episode menekankan pada upaya menghadirkan pendidikan yang berkualitas untuk seluruh rakyat Indonesia, terlepas dari latar belakang sosial, ekonomi, dan gender.
“Dari cita-cita besar Merdeka Belajar tersebut, kami menerbitkan sejumlah aturan yang mendorong terwujudnya ruang belajar yang aman dan nyaman untuk semua,” tegasnya.
Melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, Kemendikbudristek ingin mewujudkan PAUD serta sekolah dasar dan menengah yang bebas dari tiga dosa besar pendidikan, yaitu intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual.
“Sehingga seluruh peserta didik, baik perempuan maupun laki-laki, mendapatkan pengalaman belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Pendidiknya pun dapat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar tanpa hambatan,” jelasnya.
Di samping itu, melalui Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi, Kemendikbudristek terus mendorong terwujudnya kampus yang merdeka dari kekerasan seksual. “Saat ini, kami tengah mengupayakan percepatan pembentukan Panitia Seleksi dan Satuan Tugas sebagai pelaksana pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkup perguruan tinggi,” urai Kapuspeka.
Selain itu, Hendarman juga menyampaikan bahwa Kemendikbudristek berkomitmen untuk bekerja sama dengan lembaga negara lain serta kelompok-kelompok masyarakat sipil dalam menyukseskan
“Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)” tahun 2021–2025 yang memuat upaya-upaya penghapusan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap anak di ranah siber.
Sebagai wujud Kartini Masa Kini, salah satu narasumber pada sesi Jumpa Sapa yakni Swastika Nohara, mengutarakan pengalamannya dalam menulis skenario film 3 Srikandi.
“Tantangan dalam membuat film untuk menjadi tontonan yang berkualitas pertimbangannya tidak hanya menjelaskan fakta karena akan terasa membosankan. Oleh karena itu, karakter utama kami sajikan secara matang dan dalam. Karakter utama kami bangun sesolid dan semenarik mungkin, unik, dialognya juga memiliki ciri khas masing-masing serta menampilkan konflik perjuangan yang harus disarikan menjadi dramaturgi yang menarik,” jelasnya.
Film 3 Srikandi menceritakan bagaimana perjuangan tiga atlet panahan wanita dengan berbagai latar belakang mewujudkan mimpinya meski harus melewati berbagai tantangan. Akhirnya, mereka berhasil membuktikan diri menjadi pemenang atas (ego) diri mereka sendiri sekaligus pemenang dalam kompetisi olah raga tingkat dunia. Film ini sarat akan isu kesetaraan gender.
Selain Swastika Nohara (Penulis Skenario Film 3 Srikandi), turut hadir Arawinda Kirana (Aktris), dan Inez Kristanti (Psikolog Klinis). Inez Kristanti pada sesi Jumpa Sapa menyatakan perlunya memperlakukan perempuan dan laki-laki secara setara. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk menghargai semua gender secara adil. “Jika teman-teman ingin memulai, mulailah dari diri sendiri. Hargai perasaan semua gender, mereka punya hak dan suara. Kita harus lakukan dari lingkup terkecil kita,” tutur dia.
“Jangan menormalisasi kekerasan yang terjadi di sekitar kita. Jika ada teman yang mengeluh karena mengalami perbuatan yang tidak menyenangkan maka berikan tempat bagi mereka untuk bersuara,” tuturnya mengingat banyak orang yang sulit untuk mengungkapkan trauma yang mereka miliki.
Selanjutnya, Arawinda Kirana berpesan kepada generasi muda untuk terus belajar, bergerak, dan berkarya dari berbagai hal positif di lingkungan sekitar. Hal ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan mengembangkan kompetensi sebagai bekal di masa depan. “Saya bangga banyak perempuan sekarang yang berani untuk mengutarakan pendapatnya. Semoga ini bukan hanya tren namun perempuan masa kini memang benar-benar memahami pentingnya berpikir kritis dan logis. Mari, kita ciptakan ekosistem yang aman dan nyaman bagi sesama manusia,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Adrial Akbar