Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Macron Masih Harus Berjuang Pertahankan Kursi Mayoritas di Parlemen

        Macron Masih Harus Berjuang Pertahankan Kursi Mayoritas di Parlemen Kredit Foto: Antara/Ludovic Marin/Pool via REUTERS
        Warta Ekonomi, Paris -

        Presiden Prancis Emmanuel Macron memenangkan masa jabatan periode kedua. Namun dia akan menghadapi pemilihan parlemen yang penting dan berjuang untuk mempertahankan kursi mayoritas.

        Pemilihan parlemen nasional dijadwalkan dalam dua putaran yaitu 12 Juni dan 19 Juni. Pemilihan parlemen akan memutuskan siapa yang menguasai mayoritas dari 577 kursi di Majelis Nasional.

        Baca Juga: Macron Menangkan Pemilu, Le Pen Justru yang Bersinar Gara-gara...

        Jika partai Macron menang, dia akan menunjuk pemerintahan baru yang sesuai dan akan dapat mengesahkan undang-undang.

        Jika partai lain mendapat mayoritas kursi, maka Macron akan terpaksa menunjuk seorang perdana menteri dari partai mayoritas baru di parlemen. 

        Dalam situasi seperti itu, atau yang disebut “kohabitasi” di Prancis, pemerintah akan menerapkan kebijakan yang menyimpang dari proyek Macron.  Namun, presiden Prancis dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri.

        Perdana Menteri Prancis Jean Castex diperkirakan akan mengajukan pengunduran dalam beberapa hari mendatang. Macron kemudian akan menunjuk pemerintahan sementara yang baru. Tetapi para menteri hanya akan menjabat selama beberapa minggu.

        Dewan Konstitusi akan mengumumkan hasil resmi pemilihan presiden pada Rabu (27/4) mendatang. Pada hari yang sama, Macron akan mengadakan rapat Kabinet. Macron kemudian perlu menetapkan tanggal untuk upacara peresmian, yang harus diadakan pada 13 Mei, di Istana Elysee.  Dia akan menerima penghargaan Garda Nasional dan menyampaikan pidato.

        Sebagai tradisi, biasanya 21 meriam akan ditembakkan untuk menandai pelantikan presiden. Namun Presiden Francois Mitterrand dan Jacques Chirac melewatkan tradisi tersebut ketika kembali terpilih untuk periode kedua pada 1988 dan 2002.

        Seperti lima tahun lalu, Macron akan menuju Berlin dalam rangka kunjungan pertama ke luar negeri. Perjalanan Macron ke Jerman merupakan tradisi  untuk merayakan persahabatan setelah beberapa perang. Macron akan bertemu dengan Kanselir Olaf Scholz, dengan agenda utama membahas isu keamanan terkait konflik Rusia-Ukraina.

        Pada titik tertentu, Macron mungkin melakukan perjalanan ke Kiev untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Beberapa jam setelah kembali terpilih sebagai presiden, Macron berbicara kepada Zelenskyy dan Scholz melalui telepon.

        Kemudian pada 9 Mei, Macron diperkirakan akan berpidato tentang Eropa di Strasbourg, yang merupakan rumah bagi parlemen Uni Eropa. Terkait dengan kebijakan dalam negeri, salah satu prioritas Macron adalah meloloskan undang-undang khusus pada musim panas, untuk mendukung daya beli di tengah lonjakan harga pangan dan energi yang dipicu oleh konflik di Ukraina.

        Dalam lima tahun terakhir kehidupan Macron telah berubah dari seorang pemula muda dalam politik, menjadi pemain kunci dunia dan pembuat keputusan penting di Uni Eropa. Dia juga terlibat dalam upaya untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina. Dengan aktivisme diplomatiknya yang tanpa henti, dia telah mendapatkan tempat di kancah internasional.

        Macron belajar di sekolah elit Prancis Ecole Nationale d'Administration, dan pernah menjadi pegawai negeri senior. Kemudian dia berkarir menjadi bankir di Rothschild selama beberapa tahun, dan diangkat sebagai penasihat ekonomi untuk Presiden Francois Hollande.

        Macron muncul ke panggung politik ketika ditunjuk sebagai menteri ekonomi di bawah pemerintahan Hollande dari 2014 hingga 2016.

        Serangkaian kejutan politik, termasuk skandal korupsi mendorong Macron menuju kemenangan presiden pada 2017. Dia mengalahkan Marine Le Pen dalam pemilihan presiden 2017 dengan janji  meningkatkan ekonomi Prancis, penciptaan lapangan kerja, dan menarik investasi asing.

        Macron menggambarkan dirinya sebagai seorang presiden yang percaya pada Eropa. Dia berpendapat, Uni Eropa adalah cara bagi Prancis untuk menjadi lebih kuat di dunia global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: