Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Prof Budi Santosa Sebut Perempuan Berjilbab Manusia Gurun, PKS: Tak Patut Apalagi Akademisi!

        Prof Budi Santosa Sebut Perempuan Berjilbab Manusia Gurun, PKS: Tak Patut Apalagi Akademisi! Kredit Foto: Twitter/Mardani Ali Sera
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politisi PKS Mardani Ali Sera turut apresiasi kinerja Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), terkait Prof Budi Santosa Purwokartiko yang melakukan rasis.

        Prof Budi Santosa menjadi viral usai Tulisan yang mengandung rasis. Ia menulis sindiran bahwa berkerudung atau jilbab merupakan pakaian manusia gurun.

        Baca Juga: PDSI Berdiri, IDI Singgung Etika Profesi, Instruksinya: Tetap Bersama dalam Ikatan Dokter Indonesia!

        Hal tersebut LPDP akan mengevaluasi Prof Budi Santosa karena tulisanya mengandung suku, agama, dan, dan antargolongan (SARA).

        Melalui akun Twitter pribadinya.Politisi PKS Mardani ali mengucapkan terimakasih atas tindakan tegas LPDP kepada Prof Budi Santosa.

        Selain itu Mardani menautkan akun resmi Kementerian Budaya, Kepolisian , dan Kementerian keuangan untuk mengatasi Prof Budi yang rasis.

        “Terimakasih dan salam hormat atas respon cepat dari @LPDP_RI kita tunggu respon cepat @Kemendikbud_RI, @Kepolsian_RI,@KemenkeuiRI,” ucap Mardani Ali sera sebagaimana dikutup FIN dari @MardaniAliSera pada Minggu, 1 April 2022.

        Mardani Ali Sera menegaskan bahwa tindakan rasis dinegeri ini tidak diperbolehkan, terlebih lagi bidang akademisi.

        Baca Juga: Cari Gara-gara Lewat Status Facebook, LPDP Akan Ambil Sikap Tegas, Budi Santosa Mohon Siap-siap!

        “Agar masyarakat tau bahwa tindakan rasis di negeri ini tidak boleh, tidak patut apalagi seorang akademisi,” ucapnya.

        Sebagaimana diketahui, Rektor Institut Teknologi Kalimantan, Budi Santosa Purwokartiko vira di media sosial. Pasalnya, lewat sebuah artikelnya di akun Facebook, Budi Santosa dinilai menyindir wanita jilbab sebagai manusia gurun.

        Artikel yang dia tulis pada 27 April itu, Budi Santosa mulanya akui mewawancarai beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri.

        Baca Juga: Jokowi dan Anies Baswedan Lengket di Sirkuit Formula E, Pengamat: Pendukung Harus Terima Kenyataan

        Kata dia, bahwa mereka adalah mahasiswa dari program Dikti yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

        Dia mengatakan bahwa para mahasiswa ini tidak hobi demo.

        “Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9” katanya.

        Baca Juga: KPK Amankan Bukti Elektronik Kasus Suap Bupati Bogor Ade Yasin

        Dia mengatakan, para mahasiswa ini tidak pernah berbicara soal agama. Seperti kehidupan setelah mati.

        “Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa Cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung Cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb” tulis rektor.

        “Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit:insaallah, barakallah, syiar, gadarullah, dsb” sindir Rektor

        Baca Juga: Denny Siregar Tahu Jabatan Anies Berakhir Oktober: Tim Suksesnya Mulai Bersih-bersih...

        Kemudian pada paragraf berikutnya, dia menyebut para mahasiswa ini tidak mengenakan kerudung atau jilbab. Dia menyindir kerudung dan jilbab sebagai pakaian manusia gurun.

        “mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind” katanya.

        “Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi,” tuturnya lagi.

        Baca Juga: Anies Baswedan Dapat Serangan Rasisme, Anak Buah Haji Giring Nggak Terima: Dia Itu Orang Indonesia!

        Artikel itu mendapat kecaman luas di media sosial. Sang rektor disebut rasis dan tidak pancasilais.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: