Pedas! Komentar Direktur Jenderal WHO Bikin China Marah Besar
China pada Rabu (11/5/2022) marah besar kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus yang telah menyebut kebijakan nol covid sebagai tidak bertanggung jawab.
Kebijakan Beijing terkait Covid-19 itu digambarkan tanpa kompromi dan makin menyakitkan serta tidak berkelanjutan.
Baca Juga: China Kunci Ibu Kota, Ternyata Indonesia Rasakan Dampaknya Gegara...
Komentar Tedros yang keluar sehari sebelumnya itu juga meminta China untuk perubahan pendekatan.
"Kami berharap individu yang relevan dapat melihat kebijakan Covid-19 China secara objektif dan rasional dan mengetahui fakta, daripada membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata juru bicara Zhao Lijian.
Pendekatan tanpa kompromi China sangat kontras dengan sebagian besar bagian dunia lainnya, di mana pemerintah telah memilih untuk hidup dengan virus.
Para pemimpin China pekan lalu mengancam akan mengambil tindakan terhadap para pengkritik kebijakan tersebut, yang menurut pihak berwenang "mengutamakan kehidupan."
Sebuah unggahan di akun Weibo PBB tentang komentar Dirjen WHO dihapus dari platform setelah diposting.
WeChat, platform lain media sosial asal China lainnya, menonaktifkan berbagi pos PBB serupa, dengan alasan "pelanggaran aturan."
Fang Kecheng, peneliti media China di Chinese University of Hong Kong, tentang penyensoran, mengkritik tindakan Beijing yang menyortir informasi dengan ketat.
"Ini menunjukkan bahwa Beijing tidak menoleransi siapa pun yang menentang kebijakan nol-covid-nya," kata dia.
Pebeliti itu mengatakan bahwa masalah ini telah sepenuhnya dipolitisasi dan setiap perbedaan pendapat akan dianggap menantang kepemimpinan puncak.
Shanghai menjadi salah satu kota di China yang menerapkan kebijakan penguncian yang ketat.
Baca Juga: Yang Semringah Atas Kemenangan Putra Diktator dalam Pilpres Filipina, China Salah Satunya?
Data menunjukkan tidak ada kasus di luar daerah di bawah pembatasan ketat pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak 1 Mei.
Setengah dari 16 distrik kota telah mencapai status nol COvid-19 setelah tidak mencatat kasus seperti itu selama tiga hari.
Namun, para pejabat di kot yang dihuni 25 juta jiwa itu mengatakan bukan waktunya untuk melonggarkan pembatasan.
"Risiko rebound tetap ada," kata Zhao Dandan, wakil direktur komisi kesehatan Shanghai.
Penghitungan harian terbaru Shanghai dari 1.487 infeksi baru adalah yang terendah sejak 23 Maret
Sementara itu di Beijing, banyak bisnis telah ditutup dan sejumlah besar orang bekerja dari rumah ketika kota itu berusaha mengakhiri wabah yang melihat 56 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto