Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Megawati Nongol di Acara BIN, Jokowi Nggak, Analisis Refly Harun Tajam: Tentu Ada Maknanya!

        Megawati Nongol di Acara BIN, Jokowi Nggak, Analisis Refly Harun Tajam: Tentu Ada Maknanya! Kredit Foto: Instagram/Megawati Soekarno Putri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun turut mengomentari soal ketidakhadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara BIN, padahal Ketua Umum Megawati Soekarnoputri tampak hadir.

        Menurut Refly, tak ada hal yang kebetulan di dalam politik.

        “Tentu ada maknanya di balik ketidakhadiran Jokowi, tetapi dengan syarat,” ujarnya, dilansir dari kanal YouTube Refly Harun, Selasa (31/5).

        Refly mengatakan jika Jokowi memang ada kegiatan penting lain di saat yang bersamaan, tentu ketidakhadiran di acara BIN itu justru menjadi hal wajar.

        “Namun, jika Jokowi diketahui hadir di acara lain yang tak begitu penting, barulah kita bisa mengeklaim hubungan di antara Jokowi dan Megawati memang renggang,” katanya.

        Baca Juga: Curhatan Anies Baswedan Soal Formula E “Diusir” dari Monas Viral, Refly Harun: Terjadi Persaingan...

        Meskipun begitu, Refly memaparkan bahwa kerenggangan hubungan Jokowi dan Megawati Soekarnoputri kini sudah menjadi rahasia umum.

        “Hanya saja, publik masih menilai apakah ini adalah sandiwara atau benar-benar terjadi secara alamiah,” paparnya.

        Menurut Refly, keretakan di antara keduanya disebabkan oleh dukungan terhadap “putra dan putri mahkota” penerus tahta presiden yang berbeda pada Pilpres 2024.

        Seperti diketahui, Megawati mendukung Ketua DPR Puan Maharani untuk maju dalam Pilpres 2024.

        Sementara itu, Jokowi memberi sinyal mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

        Baca Juga: Grace Natalie Bilang TKA Cina Sedikit, Penjelasan Rocky Gerung Telak Sampai Singgung Perang Dunia!

        “Celakanya, kedua orang itu tak bisa disatukan karena keduanya dari PDIP. Sebab, dianggapnya tak menguntungkan jika capres dan cawapres yang diusung berasal dari partai yang sama,” tuutrnya.(*)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: