Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Business is Back! Pandemi Covid-19 Diprediksi akan Segera Berakhir

        Business is Back! Pandemi Covid-19 Diprediksi akan Segera Berakhir Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Fakultas Bisnis, President University (PresUniv), kembali menggelar International Conference on Family Business and Entrepreneurship (ICFBE), sebuah ajang yang mempertemukan kalangan akademisi dengan para praktisi bisnis dan kalangan pemerintahan.

        Ini adalah enam kali berturut-turut Fakultas Bisnis, PresUniv, menggelar ICFBE, yang sudah dimulai sejak tahun 2017. Untuk ICFBE ke-6, Fakultas Bisnis, PresUniv, berkolaborasi dengan Universitas Triatma Mulya, Badung, Bali. Konferensi diselenggarakan secara hybrid.

        ICFBE kali ini mengusung tema Back in Business dan menghadirkan sejumlah pembicara dari dalam dan luar negeri. Pembicara dari luar negeri, di antaranya, Prof. Neil Towers, editor International Journal of Retail & Distribution Management yang juga profesor di University of Gloucestershire, United Kingdom; Dr. Andrea North-Samardzic, Direktur Women’s Entrepreneurship Research Alliance dan pakar manajemen dari Deakin University, Australia; dan Gerard H. Dericks, Ph.D, Direktur Center for Entrepreneurship and Economic Education di Hawaii Pacific University, Amerika Serikat (AS). 

        Baca Juga: WHO Belum Cabut Status Pandemi, Satgas Peringatkan Masyarakat Jangan Lengah

        Para pembicara lainnya adalah Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau GAPMMI yang juga praktisi bisnis; Dr. Jacob Donald Tan, seorang akademisi dan juga pakar bisnis keluarga; Gary Marcelino Pirono, Direktur di SAGA Retail Group; dan Dr. Anton Wachidin Widjaja, Kepala Program Studi Master of Management Technology, PresUniv. 

        Lebih dari seratus peserta berpartisipasi dalam ajang ini. Mereka datang dari seluruh Indonesia, dan dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Belanda, Hungaria, Belgia, Cina, India, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. 

        Musim Dingin Segera Berlalu

        Prof. Dr. Jony Oktavian Haryanto, Sekretaris Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP), mengungkapkan bahwa saat ini pandemi Covid-19 di Indonesia dan berbagai negara hampir berakhir. “Musim dingin segera berlalu, dan musim semi akan segera tiba. Semua orang akan kembali berbisnis, kembali bekerja, sehingga kami berharap dunia dapat segera kembali normal,” katanya. 

        Sementara, Rektor PresUniv Prof. Dr. Chairy, mengungkapkan bila konferensi ini adalah platform terbaik bagi semua sektor terkait untuk mendukung agenda pemerintah dalam memulihkan dan merevitalisasi perekonomian nasional setelah beberapa tahun berjuang menghadapi pandemi. "Saya optimis, konferensi kali ini akan membuahkan hasil, dan panitia dapat merangkumnya dalam buku prosiding. Buku ini akan bermanfaat tidak hanya bagi kalangan akademisi dan dunia usaha, tetapi juga para kalangan pemerintahan dan para pemangku kepentingan lainnya,” ucap Chairy. 

        ICFBE 2022 terbagi dalam dua sesi. Untuk sesi pertama adalah diskusi panel yang menghadirkan para pembicara dari dalam negeri maupun luar negeri. Lalu, sesi kedua berupa parallel session oleh para akademi dari berbagai negara. Mereka memaparkan hasil riset terbaru tentang family business. Parallel session ini dibagi dalam beberapa sesi sesuai dengan topik penelitiannya, yakni Family Business Management, Hospitality and Tourism Business, Retail Business Resilience, Digital Business, Wealth Management, Business Strategy and Policy, dan Technology Advancement in Business.

        Tren Perubahan Perilaku Konsumen

        Menurut Adhi S. Lukman, yang menjadi pembicara dalam ajang ini, memaparkan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya tren perubahan perilaku konsumen. Ungkapnya, banyak konsumen saat ini lebih memperhatikan tentang asal produk, kemasan, keamanan makanan, lebih menyukai home delivery, dan makanan yang meningkatkan imunitas. “Mereka mengurangi jajanan pinggir jalan,” ucap Adhi.

        Ia juga memaparkan berkembangnya tren baru, yakni plant-based food atau makanan yang berasal dari sumber-sumber nabati. Kata Adhi, “Itulah tren terbaru di industri makanan dan minuman. Masyarakat kelas menengah ke atas cenderung memilih makanan yang lebih sehat dan kebanyakan untuk diet. Ini menjadi kesempatan bagi pelaku bisnis makanan dan minuman untuk melakukan inovasi agar dapat menyajikan makanan yang lebih sehat.” 

        Untuk mengantisipasi perubahan tren tersebut, lanjut Adhi, para pelaku bisnis membutuhkan dukungan dalam bentuk kebijakan dan peraturan, termasuk inovasi dan teknologi, human capital yang kompeten, memiliki kemampuan yang mumpuni, dan dapat diandalkan. “Kami juga memerlukan dukungan pemerintah dalam hal infrastruktur dan logistik,” tegasnya.

        Isu lain yang dibahas dalam konferensi internasional kali ini adalah dampak pandemi terhadap wanita dan entrepreneurship. Andrea North-Samardzic memaparkan hasil risetnya. Kata North-Samardzic, pandemi lebih berdampak kepada wanita ketimbang pria. “Namun, ini justru membuat wanita memiliki peluang lebih besar untuk berkembang dan melatih ketahanan asalkan mereka mampu melihat hal itu sebagai tantangan dan peluang,” tegas dia. 

        Isu Entrepreneurship dan Family Business

        Sementara terkait isu entrepreneurship, Gerard H. Dericks, memberikan beberapa tips untuk menjadi pengusaha yang sukses. Katanya, “Cobalah untuk menemukan hal yang dapat kita nikmati saat kita melakukannya. Lalu, lakukan usaha lebih yang lebih keras.”  Bagi para profesional yang ingin merintis karier sebagai pengusaha, Dericks menyarankan, fokuslah pada satu bisnis lebih dahulu dalam suatu waktu. “Berhentilah bekerja sebagai profesional jika pendapatan dari wirausahanya sudah tiga kali lipat dari gajinya sebagai karyawan,” tegas Dericks.

        Pada sesi entrepreneurship, Neil Towers memaparkan perlunya mendorong lebih banyak lagi pebisnis baru yang lahir dari lingkungan kampus. Towers juga menjelaskan tentang program Growing Indonesia – a Triangular Approach (GITA) yang sedang dikerjakannya. GITA, papar Towers, adalah sebuah konsorsium yang melibatkan tujuh perguruan tinggi dari Indonesia dan empat dari Eropa.

        Pendekatan triangular yang diterapkan GITA mencakup pengembangan hubungan kerja sama yang efektif antara perguruan tinggi dan perusahaan, menanamkan jiwa kewirausahaan pada seluruh pemangku kepentingan di universitas, serta membangun perusahaan baru dari ide-ide dan inovasi yang berkontribusi pada ekonomi lokal maupun daerah.

        “Ini dilakukan melalui growth hub yang didirikan kampus,” ungkap Towers. Salah satu bentuk growth hub  tersebut adalah SetSail BizAcell, sebuah inkubator bisnis yang didirikan pada tahun 2018 oleh PresUniv. 

        Pada sesi yang membahas tentang family business, baik Jacob Donald Tan maupun Anton Wachidin Widjaja sepakat bahwa bisnis keluarga perlu dikelola secara sistematis dan memiliki nilai serta aturan tersendiri. Kata Jacob, tradisi atau nilai adalah elemen dasar untuk umur panjang dan kesuksesan bisnis keluarga.

        “Perlu ada nilai yang tertulis, karena itu berhubungan erat dengan kesuksesan. Ini juga bisa menjadi konstitusi keluarga. Mewujudkannya tidak mudah, tapi itu merupakan ajang rekonsiliasi dalam memelihara hubungan, menjaga harmoni dan sekaligus meningkatkan dinamika dalam bisnis keluarga,” tegas Jacob. 

        Konferensi ditutup oleh Suresh Kumar, Ketua Pelaksana ICFBE 2022. Ia melaporkan, “Selama Juni 2022 ada 115 konferensi internasional di Bali. Dengan begitu banyaknya konferensi internasional, bahwa ICFBE 2022 masih berhasil mendapatkan 134 makalah, ini menggembirakan.” Ia juga mengungkapkan bahwa untuk tahun 2023, ICFBE akan diselenggarakan di Hanoi, Vietnam. Semua peserta diundang untuk kembali berpartisipasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: