Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cuaca Buruk, Harga Pangan di Kota Bandung Naik Mulai Telur Hingga Daging Ayam

        Cuaca Buruk, Harga Pangan di Kota Bandung Naik Mulai Telur Hingga Daging Ayam Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Beberapa harga sembako di Kota Bandung tengah alami kenaikan, seperti telur, daging ayam, gula pasir, minyak curah, cabe merah tanjung, cabe rawit, dan bawang merah.

        Hal ini diakui Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah saat ditemui, kemarin. "Setiap seminggu sekali di hari Kamis kami terjun ke tujuh pasar tradisional dan ke tujuh toko ritel modern untuk memantau komoditas bahan makanan di sana," ujar Elly.

        Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan antara lain, telur yang sekarang kisarannya Rp29.000-Rp30.000 per kilogram, dengan harga acuan seharusnya Rp24.000. Lalu, daging ayam yang kini harganya Rp38.000 per kilogram yang normalnya Rp35.000.

        Kemudian, gula pasir naik menjadi Rp14.000-Rp14.500 per kilogram, di mana harga acuannya Rp13.500. "Dan yang masih bertengger adalah minyak curah. Harusnya Rp15.500 per kilogram, tapi harga tertinggi yang kami temukan Rp18.000. Namun, sekarang di Kota Bandung sudah ada yang jual sesuai HET," ungkapnya.

        Sedangkan harga cabe merah tanjung per kilogramnya mencapai Rp80.000. Bahkan, cabe rawit menyentuh harga Rp100.000. Terakhir bawang merah yang berada di harga Rp50.000-Rp60.000 per kilogram, padahal harga acuannya Rp32.000.

        Elly mengatakan, naiknya harga-harga ini disebabkan karena cuaca. Harusnya kata dia pada Juni sudah masuk musim kemarau. Tapi kondisi saat ini masih musim penghujan. Belum lagi serangan hama yang membuat kualitas menjadi menurun.

        Demikian pula dengan daging ayam dan telur. Ia menuturkan, pada musim hujan biasanya ayam mengalami penurunan produksi telur, sehingga menyebabkan harga naik.

        "Ada juga pengaruh dari relaksasi seperti mulai banyak pernikahan, meski memang faktor ini bukan yang signifikan," tuturnya. Untuk mengantisipasi harga-harga semakin melonjak, Elly mengatakan, pihaknya akan terus menelusuri rantai mana yang menjadi masalah.

        "Kita cari dari mana asalnya, misal ayam itu biasanya kita dapat dari Priangan Timur. Kita tanya dari peternak di sana, apakah ada kenaikan atau tidak? Jika ternyata dari peternaknya tidak ada kenaikan signifikan, tapi sampai ke Bandung ternyata tinggi, ya ini kita telusuri rantai mana yang 'bermain'," paparnya.

        Baca Juga: Harga Telur Ayam Tinggi Hingga Tiket Pesawat Kerek Inflasi Mei

        Namun, sampai sejauh ini Disdagin tidak menemukan adanya kasus mafia sembako.  "Tak ada kasus seperti itu karena harga-harganya juga tidak naik terlalu signifikan, masih dalam batas normal," imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Boyke P. Siregar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: