Lewat Kampus Merdeka, Indonesia Lakukan Terobosan Peningkatan Kualitas Pendidikan
Sejak Covid-19 menjadi pandemi di semua negara, berbagai sektor mengalami hambatan dan tantangan. Salah satunya adalah sektor pendidikan yang mengubah pola pembelajaran menjadi secara daring. Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, Indonesia selaku pemangku Presidensi G20 2022 menginisiasi Kelompok Kerja Pendidikan G20 yang dipimpin oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Iwan Syahril, Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20, menjelaskan bahwa forum yang terdiri dari negara-negara anggota G20, negara undangan khusus, organisasi internasional, serta Kelompok Pelibatan Bisnis dan Kepemudaan ini bertujuan untuk memperkuat sistem pendidikan yang berkualitas dan inklusif.
Baca Juga: Maudy Ayunda Sebut Rendahnya Mutu Pendidikan Seseorang Tak Bisa Dilihat dari Satu Faktor
Pada pertemuan EdWG kedua, Kemendikbudristek membagikan terobosan Merdeka Belajar sebagai contoh praktik baik yang menjadi tonggak gotong royong transformasi pendidikan di Indonesia, sekaligus sebagai dasar agenda prioritas bidang pendidikan G20.
Lebih spesifik lagi, untuk mempersiapkan mahasiswa guna menghadapi dunia kerja nyata, Kemendikbudristek juga menerapkan terobosan Kampus Merdeka. Untuk diketahui, Kampus Merdeka adalah program persiapan karier yang komprehensif guna mempersiapkan generasi terbaik Indonesia, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan.
"Kampus merdeka ialah merdeka belajar yang kedua. Dari awal Mas Menteri itu memiliki visi bahwa kita harus mendisrupsi perguruan tinggi. Kita melakukan unbundling higher education, di mana belajar itu ga harus di kampus. Jadi, belajar itu bisa dari mana saja, kapan saja," beber Iwan dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema "Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pasca Pandemi" pada Kamis (23/6/2022).
Dalam konsep kampus merdeka, Iwan menuturkan, mahasiswa diberikan kemerdekaan atau hak untuk mengambil 3 semester di luar program studinya, bahkan di luar kampus tempat ia menempuh pendidikan tinggi. Antara lain yang dapat dilakukan mahasiswa tersebut, sebut Iwan, adalah dengan magang di perusahaan, social project, startup ataupun menjadi guru di kampus mengajar.
"Kampus mengajar adalah yang paling populer. Mereka bisa mengajar di daerah-daerah yang betul-betul membutuhkan, daerah-daerah yang sulit. Nah, golden fokusnya yakni di pendidikan dasar. Jadi ada SD dan SMP, dan lagi fokus di literasi dan numerasi," terang Iwan.
Iwan menambahkan, pihaknya meyakini dengan menggerakkan para mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja, mereka akan dapat menguasai soft skill yang tak mungkin mereka dapatkan di ruang kuliah.
Lebih lanjut, Iwan mengatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia 2022 merupakan sebuah momentum, khususnya di bidang pendidikan untuk menunjukan kepemimpinan Indonesia dalam memimpin dunia yang lebih tangguh untuk bisa pulih bersama-sama.
Iwan menyampaikan, semangat gotong royong yang diterapkan melalui kebijakan merdeka belajar, disambut baik oleh negara-negara G20. Gotong royong yang merupakan bentuk kearifan lokal Indonesia ternyata memampukan melompat lebih cepat dan menjadi inspirasi bagi negara-negara global.
"Sehingga gotong royong pun jadi kerangka pemulihan pendidikan dalam forum pendidikan di G20. Semoga kita bisa sukses di G20," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum