Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menlu Retno Sampaikan Hasil Pertemuan Jokowi di KTT G7

        Menlu Retno Sampaikan Hasil Pertemuan Jokowi di KTT G7 Kredit Foto: Kemenlu
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menyampaikan hasil dari rangkaian pertemuan Presiden RI Joko Widodo di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 atau G7 and Partner Countries yang diselenggarakan di Schloss Elmau, Jerman. Dalam rangkaian pertemuan tersebut, Presiden RI menghadiri dua sesi pertemuan. Sesi pertemuan pertama dilakukan dalam bentuk Working Lunch dimana statement Presiden Jokowi difokuskan pada isu energi. Sementara pada sesi kedua, yaitu Working Season dimana Presiden Jokowi memfokuskan statement pada isu pangan. 

        Dalam KTT kali ini G7 mengundang Indonesia, India, Senegal (Afrika Barat), Afrika Selatan dan Argentina sebagai partner countries. 

        Baca Juga: Jokowi Temui Khusus Pemimpin Negara Ini, Berbeda, Tak Ada Bendera Merah Putih

        “Beberapa hal yang disampaikan bapak Presiden dalam sesi pertama yaitu mengenai masalah Energi dan perubahan iklim. Bapak Presiden menyampaikan bagi rakyat Indonesia dan di negara berkembang lainnya, risiko perubahan iklim sangatlah nyata. Komitmen dan upaya Indonesia untuk perubahan iklim dan transisi energi sangat jelas. Indonesia memiliki potensi sebagai kontributor energi bersih juga sangat besar, baik di dalam perut bumi, di darat, maupun di laut,” ujar Menlu Retno saat menyampaikan hasil dari pertemuan KTT G7 dalam Media Briefing yang digelar secara online, Selasa (28/6/2022). 

        “Selain itu, Bapak Presiden juga menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan investasi besar dan teknologi rendah karbon, guna mendukung transisi menuju energi bersih yang cepat dan efektif. Dalam kaitan inilah investasi yang diperlukan oleh Indonesia adalah antara US$25 sampai dengan US$30 miliar, untuk transisi energi 8 tahun kedepan,” tambahnya. 

        Transisi energi juga dapat dioptimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi dalam membuka peluang bisnis dan lapangan kerja baru. Menlu Retno mengatakan, Presiden Jokowi telah mengajak negara G7 untuk berkontribusi dalam memanfaatkan peluang ini, terutama peluang investasi di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai litium. 

        Baca Juga: Sodorkan Duet Anies dan Puan, NasDem Inginkan Perubahan, Pengamat: Semoga Presiden Jokowi Sadar...

        Selanjutnya, pada sesi kedua Presiden Jokowi memfokuskan pada isu pangan. Di dalam statementnya Ia menyampaikan bahwa rakyat di negara berkembang terancam kelaparan dan jatuh ke jurang kemiskinan ekstrim. Menurut data dari World Food Programme, sebanyak 323 juta orang di tahun 2022 ini menghadapi kerawanan pangan akut.  

        “Ini merupakan permasalahan hak asasi manusia yang mendasar, dimana perempuan dan keluarga miskin menjadi yang paling terkena dampaknya menghadapi kekurangan pangan. Bapak presiden juga menekankan bahwa perlu tindakan yang cepat untuk mencari solusi konkrit,” kata Menlu Retno.  

        “Produksi pangan harus ditingkatkan, rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali normal. Bapak presiden juga menyampaikan pentingnya dukungan negara-negara G20 untuk mereintegrasi ekspor gandum dari Ukraina, serta ekspor komoditi pangan dan pupuk Rusia ke dalam rantai pasok Global,” imbuh Menlu Retno. 

        Baca Juga: Pemprov DKI Luncurkan Aplikasi Jakwas, Anies Minta Jajarannya Selesaikan LHP-BPK

        Hal ini dilakukan tentu dengan adanya dukungan dari G7. Negara anggota G7 diharapkan dapat memfasilitasi ekspor gandum dari Ukraina agar dapat segera berjalan. Dan hal yang tidak kalah pentingnya ialah dengan mengkomunikasikan pada dunia bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi. 

        “Bapak presiden menyatakan bahwa komunikasi yang Intensif diperlukan, agar tidak terjadi keraguan berkepanjangan dari publik Internasional, dan komunikasi yang intensif juga di perlu dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait, seperti bank, asuransi, perkapalan, dan lain-lain,” ujarnya. 

        “Bapak presiden di dalam pernyataannya juga mengatakan bahwa dampak perang terhadap rantai pasok pangan dan pupuk sangatlah nyata. Khusus untuk pupuk, jika gagal menanganinya maka krisis beras yang dapat menyangkut 2 miliar manusia, terutama di negara berkembang sangat kemungkinan dapat terjadi,” imbuhnya. 

        Baca Juga: Tak Usah Saling Sindir, Soal Partai Sombong Bukan Buat PDIP, NasDem: Surya Paloh dan Megawati Itu...

        Lebih lanjut, Menlu Retno menyampaikan bahwa di akhir pertemuan Presiden Jokowi dalam dua sesi tersebut, Presiden Jokowi tidak lupa untuk meminta dukungan dan kehadiran semua negara anggota G7 di KTT G20 mendatang. Ia juga menegaskan bahwa G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi krisis pangan yang mulai sekarat ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Martyasari Rizky
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: