Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Zebra Technologies Rilis Warehousing Vision Study, Membedah Potensi Bisnis Pergudangan Masa Depan

        Zebra Technologies Rilis Warehousing Vision Study, Membedah Potensi Bisnis Pergudangan Masa Depan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Zebra Technologies Corporation baru-baru ini melakukan penelitian global terbaru bertajuk “Warehousing Vision Study” untuk mendalami tren dan sentimen yang mendorong keputusan operasional dan anggaran di sektor pergudangan.

        Survei yang dilakukan pada Januari dan Februari 2022 ini mengumpulkan masukan dari lebih dari 1.500 pembuat keputusan dan staf pergudangan di seluruh dunia. Di Asia Pasifik, pasar yang disurvei untuk penelitian ini adalah Australia, China, India, Jepang dan Singapura.  

        Menurut Eric Ananda, Country Manager Indonesia, Zebra Technologies, Warehousing Vision Study akan membantu industri pergudangan di Indonesia memahami dengan lebih baik tren dan tantangan yang sedang membentuk operasional pergudangan global. “Melalui ini, mereka juga akan bisa menentukan strategi digitalisasi yang paling cocok untuk kebutuhan gudang-gudang mereka dalam memenuhi permintaan yang meningkat tahun 2022.”

        Dijelaskan oleh Aik Jin Tan, APAC Vertical Solutions Lead for Manufacturing, Machine Vision/Fixed Industrial Scanning, Zebra Technologies bahwa disrupsi akibat peristiwa yang terjadi di dunia baru-baru ini menekankan pentingnya rantai pasokan yang resilien dan fleksibel. “Yang menggembirakan, operator gudang di Asia Pasifik sudah mengambil langkah proaktif, di mana penelitian kami menunjukkan bahwa 84% dari mereka kini merasa lebih nyaman mengintegrasikan teknologi baru untuk menunjang operasional dan infrastruktur mereka,” ujarnya

        Dari studi ini diungkapkan bahwa tekanan Pasar Menjadi Katalis untuk perubahan positif. Hampir 9 dari 10 operator gudang di dunia setuju bahwa mereka harus mengimplementasikan teknologi baru untuk memiliki daya saing di ekonomi berdasarkan permintaan ini, dengan 80% mengonfirmasi bahwa pandemi mendorong mereka untuk berkembang dan melakukan modernisasi dengan lebih cepat. 

        Mereka yang berada di wilayah Asia Pasifik merasakan tekanan untuk melakukan modernisasi sama seperti yang lainnya di dunia. Dengan sekitar tiga perempat dari pembuat keputusan di Asia Pasifik mengatakan pandemi sudah mendorong mereka untuk membuat perubahan. 

        Mereka mengubah fokus mereka dan menghabiskan anggaran paling besar untuk teknologi yang mendukung perluasan tenaga kerja dan otomatisasi alur kerja. Sebagai contoh, lebih dari 9 dari 10 operator di semua wilayah, termasuk Asia Pasifik mengindikasikan bahwa mereka akan meningkatkan penggunaan wearable, mobile printer dan rugged tablet dalam beberapa tahun mendatang, bersama dengan mobile dimensioning software yang mengotomatisasi pengukuran parsel dan karton.  Selain itu, 27% operator gudang di dunia dan di Asia Pasifik sudah menggunakan beberapa jenis autonomous mobile robots (AMR) saat ini. Dalam lima tahun, jumlah ini diperkirakan akan bertambah hingga 92% di Asia Pasifik dan 90% di seluruh dunia.

        Staf gudang juga jadi lebih nyaman dengan penggunaan teknologi canggih oleh perusahaan. Kurang dari separuh (45%) staf mengatakan bahwa perusahaan menaikkan upah mereka atau menawarkan bonus di tengah pembatasan tenaga kerja. Namun sebagian besar (82%) merasakan dampak positif dari situasi tersebut. Tren ini terus berlanjut di Asia Pasifik, di mana 9 dari 10 staf gudang merasakan dampak positif walaupun hanya 34% yang menyebutkan kalau perusahaan mereka menaikkan upah. 

        Meskipun sebagian operator gudang di dunia akan menggelar AMR untuk pengambilan person-to-good (P2G), pergerakan bahan dan gerakan inventori secara otomatis, akan lebih banyak yang berinvestasi dalam software yang membantu mengotomatisasi analitis dan pengambilan keputusan. Di Asia Pasifik, 95% dari pembuat keputusan mengindikasikan bersedia untuk berinvestasi di software tersebut dalam upaya untuk meningkatkan efektifitas dan efisisensi karyawan, dan mengurangi biaya kerja, sedikit melebihi rata-rata global (94%).

        “Saat ini waktu rata-rata untuk melatih pekerja hingga mencapai produktivitas penuh adalah 4,7 minggu,” kata Eric Ananda, Country Manager Indonesia, Zebra Technologies. “Dengan demikian, 51% dari pembuat keputusan di dunia dan 56% di Asia Pasifik merasa inisiatif karyawan yang paling penting adalah mengurangi tugas yang tidak penting sehingga mereka bisa berfokus pada tugas yang lebih terpusat pada konsumen dan memanfaatkan karyawan dengan lebih efisien. Dengan berinvestasi pada teknologi gudang yang tepat seperti Printable indicators, Ultra-Rugged UHF RFID Sleds RFD90, RFID Reader FX9600, UHF RFID Sleds RFD40, Ultra-Rugged Barcode Scanners DS3600-ER/KD, Windows Rugged Tablet L10ax, enterprise tablet ET40, Mobile Computer TC53, TC15 dan Android Wearable Computer WS50, para pembuat keputusan akan lebih mudah untuk meningkatkan operasional gudang dan mengikuti ekonomi permintaan.” 

        Pandangan Teknologi Lima Tahun untuk Operasional Gudang 

        Di dunia, 85% pembuat keputusan mengatakan mereka sudah mengimplementasikan mobilitas sehingga pekerja garis depan bisa melacak setiap jejak inventory yang mereka buat, dan sebagian besar mengatakan mereka mengoptimalkan penggunaan perangkat mereka agar sesuai dengan tugas, keamanan dan ergonomis. Namun, staf gudang (84%) dan pembuat keputusan (79%) khawatir bahwa mereka tidak akan memenuhi target bisnis mereka, kecuali ada investasi teknologi yang lebih besar untuk meningkatkan operasional, dengan karyawan di sektor transportasi (92%) dan logistik (88%) yang paling merasakan kebutuhan akan hal ini. 

        Hasilnya, lebih dari 6 dari 10 pembuat keputusan mengatakan mereka akan berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan visibilitas inventory dan aset dalam gudang mereka dan visibilitas di seluruh rantai pasokan dalam lima tahun mendatang. 

        9 dari 10 operator berharap penggunaan teknologi berbasis sensor seperti radio frequency identification (RFID), computer vision, fixed industrial scanning, dan machine vision systems jadi semakin lazim dalam lima tahun mendatang. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sufri Yuliardi
        Editor: Sufri Yuliardi

        Bagikan Artikel: