Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bisik-bisik Putin ke Jokowi Soal Nuklir, Angin Segar buat Ibu Kota Baru?

        Bisik-bisik Putin ke Jokowi Soal Nuklir, Angin Segar buat Ibu Kota Baru? Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Vladimir Astapkovich
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Presiden Rusia Vladimir Putin di hadapan Presiden Joko Widodo menegaskan berminat untuk investasi di ibu kota baru Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

        Dalam keterangan yang disampaikannya, sektor pengembangan infrastruktur transportasi dan logistik, termasuk industri tenaga nuklir menjadi sasaran investasi Rusia

        Baca Juga: Jadi Jembatan Komunikasi Putin dan Zelensky, Misi Perdamaian Jokowi ke Rusia dan Ukraina Membuahkan Hasil

        Menurut Putin, perusahaan jasa pelayanan kereta penumpang dan barang Russian Railways dapat mengambil bagian dalam pemindahan ibu kota baru Indonesia.

        “Moskow yang telah berkembang dengan sangat baik dan dengan peningkatan kualitas tinggi, dapat berpartisipasi dalam proyek yang benar-benar ambisius ini,” kata Putin dan keterangan resminya seperti dikutip FIN melalui chanel Youtube Sekretariat Presiden, pada Jumat (1/7/2022).

        Putin menambahkan Rusia ingin menciptakan zona perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (UEE).

        Dia sangat berharap pembicaraannya dengan Jokowi terkait rancangan perjanjian perdagangan dan ekonomi dapat diadakan sebelum akhir tahun ini.

        Selain infrastruktur transportasi dan logistik, Putin mengungkapkan keinginannya mengembangkan industri tenaga nuklir di Indonesia.

        Rosatom State Corporation disebut Putin bersedia mengambil bagian dalam proyek bersama.

        Termasuk proyek yang terkait dengan penggunaan non-energi teknologi nuklir. Seperti bidang kedokteran dan pertanian. Putin menyebut Indonesia adalah salah satu mitra utama Rusia di Asia Pasifik.

        “Dengan partisipasi para spesialis, insinyur dan pembangun kami, fasilitas infrastruktur transportasi dan industri besar, stadion, rumah sakit, dan institusi penting lainnya dibangun di Indonesia, banyak di antaranya beroperasi hingga hari ini,” papar Putin.

        Dalam kesempatan itu, Vladimir Putin menyatakan ketidakseimbangan pasar pangan dunia.

        Ini merupakan konsekuensi langsung atas kebijakan makro ekonomi yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara.

        Menurut Putin, negara-negara Barat justru makin mengacaukan produksi pertanian global dengan membatasi pasokan pupuk Rusia dan Belarusia.

        “Negara-negara Barat makin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarusia,” tegas Putin.

        Putin menyampaikan negara-negara Barat juga menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia.

        Negara barat dituduh memperumit asuransi kapal, dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan.

        “Saya akan tekankan sekali lagi. Rusia telah dan tetap menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia,” urainya.

        Dia menyebut Rusia memasok produk pertanian ke 161 negara. Tahun lalu, Rusia mengekspor lebih dari 43 juta ton biji-bijian. Termasuk 33 juta ton gandum.

        “Tahun ini, kami mengharapkan panen biji-bijian yang baik, yang memungkinkan kami untuk meningkatkan pasokan kami ke pasar eksternal hingga 50 juta ton,” terangnya.

        Putin menyatakan Rusia siap memenuhi permintaan produsen pertanian di Indonesia dan negara-negara sahabat lainnya.

        Terutama untuk pupuk nitrogen, fosfor, kalium, serta bahan baku untuk produksi tani.

        “Pangsa pupuk mineral Rusia di pasar dunia mencapai 11 persen dan melebihi 20 persen dalam beberapa varietas. Tahun lalu, kami mengirim 37 juta ton produk ini ke luar negeri,” bebernya.

        Putin menegaskan Rusia berniat terus memenuhi semua kewajiban kontraktualnya untuk pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lainnya.

        Rusia, lanjut Putin, menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu oleh sanksi ekonomi negara- negara barat. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: