Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ribut Soal Pesan Zelenskyy, Pengamat: Tidak Produktif Komentari Diplomasi Indonesia Di Tengah Upaya Jokowi Atasi Krisis Pangan

        Ribut Soal Pesan Zelenskyy, Pengamat: Tidak Produktif Komentari Diplomasi Indonesia Di Tengah Upaya Jokowi Atasi Krisis Pangan Kredit Foto: Antara/Setpres/Agus Suparto/Handout
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Beredarnya kabar soal kebohongan yang dilakukan Presiden Jokowi mengenai pesan tak tertulis dari Presiden Volodymyr Zelenky, akhirnya ditepis oleh pemerintah Rusia. 

        Dikutip dari kantor berita TASS, Selasa, 5 Juli 2022, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan pesan Jokowi dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky kepada Vladimir Putin itu disampaikan secara lisan.

        “Itu bukan pesan tertulis. Hanya itu yang bisa saya sampaikan kepada anda,” ucap Peskov

        Pengamat Hubungan Internasional Dinna Prapto Raharja mengatakan, sangat tidak produktif jika publik meributkan upaya diplomasi Indonesia di tengah upaya Jokowi mendamaikan kedua negara itu sebagai solusi mengatasi krisis pangan.

        Apalagi menuding Presiden Jokowi berbohong soal pesan Zelensky, itu sangat tidak produktif. Sebab, Faktanya, dua pimpinan negara itu telah menerima Jokowi dengan hangat. 

        “Tidak produktif dan tidak pada tempatnya mengomentari upaya diplomasi Indonesia yang dilakukan Presiden Joko Widodo dengan mengukur pilihan kata pak Jokowi saat berbagi informasi ke pers & berpolemik soal bohong atau tidak bohong. Faktanya jelas Presiden Joko Widodo diterima dengan sangat baik oleh Presiden Zelensky dan juga Presiden Putin,” kata Dinna Prapto saat dihubungi, Selasa (5/7).

        Menurut Dosen di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta ini, publik tidak harus menilai keberhasilan upaya diplomasi Presiden Jokowi untuk mendamaikan Rusia-Ukraina hanya dengan sekali kunjungan, karena masalah antara dua negara Eropa Timur ini sangat luas dan memiliki kepentingan politik yang besar dengan negara-negara lain di barat.

        “Sangat tidak pada tempatnya mengukur keberhasilan upaya diplomasi Indonesia dalam masalah sepelik Ukraina-Rusia hanya dengan satu kali kunjungan,” ujarnya.

        Dijelaskan Dinna Prapto, Rusia sendiri memiliki ketegangan dengan negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu NATO, dan Ukraina sendiri ngotot ini bergabung menjadi keanggotaan NATO, dan keinginan Ukraina ini ditantang habis oleh Rusia hingga misi perdamaian yang dibawah oleh Presiden Jokowi tidak bisa berhasil dengan sekali kunjungan.

        “Kita sama-sama tau ada masalah di internal Ukraina, ada masalah Ukraina-Rusia, ada masalah Ukraina-NATO, masalah internal NATO dan EU, masalah perluasan EU, dan masalah Rusia-Amerika Serikat yg semuanya saling membelit sehingga solusinya makin rumit dari waktu ke waktu,” jelasnya.

        Oleh karena itu, Dinna Prapto menyarankan agar publik Indonesia memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi yang berkomitmen bahwa Indonesia selalu siap untuk berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia siap menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina. Sebab, konstitusi Indonesia mendukung hal tersebut.

        “Sepatutnya kita fokus ke bagaimana caranya mendukung pimpinan kita menavigasi situasi yang rumit dan genting ini,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: