Shinzo Abe Tewas, Keamanan Disebut Cacat, Polisi Jepang Blak-blakan Kuak Hal Ini

Kematian mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah mengungkap adanya kecacatan dalam hal keamanan.
Pada Jumat (8/7/2022) pagi waktu setempat, Abe telah ditembak mati di Kota Nata. Pelaku berdiri bebas di kerumunan, melancarkan serangan dari belakang. Pembunuhan itu telah mengirim gelombang kejutan, tak hanya bagi warga Jepang, tetapi juga komunitas internasional.
Baca Juga: Shinzo Abe Ditembak Mati Gegara Ulah China?
Jepang dikenal sebagai negara dengan kontrol undang-undang senjata yang ketat, dengan tahun lalu, hanya satu orang tewas dan empat terluka dalam 10 penembakan di negara itu.
"Tidak dapat disangkal bahwa ada masalah dalam keamanan. Hal yang mendesak adalah kami harus melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengklarifikasi apa yang terjadi," kata kepala polisi Nara Tomoaki Onizuka.
Saat memberi pernyataan itu, Onizuka tidak merinci di mana dia melihat kegagalan keamanan saat penembakan Abe. Ia hampir menangis saat memberi keterangan kepada wartawan, mengaku merasakan tanggung jawab yang berat sebagai kepala polisi.
"Sebagai kepala polisi daerah yang bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan wilayah ini, saya telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan membangun struktur untuk keamanan dan penjagaan.
"Selama bertahun-tahun sejak saya menjadi polisi pada tahun 1995, dalam karier saya yang membentang lebih dari 27 tahun tersebut, tidak ada penyesalan yang lebih besar dari ini," kata Onizuka merujuk pada kematian Abe dengan suara bergetar karena emosi, menurut NDTV.
Abe meregang nyawa usai ditembak saat berpidato dalam kampanye pemilihan politik untuk majelis tinggi pada Minggu (10/7/2022) ini. Menurut BBC, pemilihan pada hari ini berjalan sesuai dengan rencana, dengan pemungutan suara dimulai pukul 07.00 waktu setempat, dua hari setelah pembunuhan Abe.
Analis menyarankan bahwa pembunuhan Abe dapat meningkatkan dukungan untuk Partai Demokrat Liberal (LDP) yang memerintah, di mana Abe adalah tokoh terkemuka dan sangat berpengaruh di partai tersebut.
Pemilihan untuk majelis tinggi parlemen Jepang cenderung kurang kuat, dan biasanya dilihat sebagai referendum pada pemerintahan saat ini. Namun, kemenangan besar bagi LDP disebut akan memperkuat kemampuan PM Jepang terbaru untuk mendorong kebijakan utamanya.
Ini termasuk langkah untuk menetapkan anggaran pertahanan dengan nilai mencapai dua kali lipat.
Tersangka menyimpan dendam
Polisi telah mengindentifikasi tersangka penembakan. Ia adalah Tetsuya Yamagami, pria 41 tahun, yang katanya telah menyimpan dendam terhadap 'organisasi tertentu'.
Media Jepang mengutip sumber yang dekat dengan penyelidikan telah mengungkap fakta lain dari kasus penembakan. Menurut surat kabar lokal, Tetsuya percaya bahwa Abe terkait dengan kelompok agama tertentu, yang diduga telah menghancurkan ibunya secara finansial.
Baca Juga: Penembak Mati Shinzo Abe, Sewa Rusun Rp3 Jutaan Per Bulan
Tersangka juga telah mengakui menembak Abe dengan senjata rakitan. Ia juga mengatakan kepada polisi bahwa dia bertugas di angkatan laut Jepang, Pasukan Bela Diri Maritim, selama tiga tahun. Sementara baru-baru ini, dia bekerja di sebuah pabrik di Jepang barat.
Abe adalah PM dengan masa jabatan terlama di Jepang. Pada Jumat, ia meninggal saat dibawa ke rumah sakit, dalam usia 67 tahun.
Mantan PM itu berkampanye untuk LDP menjelang pemilihan parlemen majelis tinggi pada hari Minggu.
PM saat ini Fumio Kishida, juga anggota LDP. Dalam pernyataannya, ia mengaku 'tidak bisa berkata-kata', bersumpah bahwa demokrasi Jepang 'tidak akan pernah menyerah pada kekerasan'.
Kishida sebelumnya menyarankan untuk melanjutkan kampanye pemilihan pada Sabtu, dengan keamanan yang diperketat. Langkah ini kemudian diteruskan dalam pemilihan pada hari Minggu.
Kekerasan senjata sangat jarang terjadi di Jepang, di mana senjata api dilarang dan insiden kekerasan politik hampir tidak pernah terdengar.
Polisi masih berupaya menyelidiki mengapa Abe menjadi sasaran dan apakah pembunuhnya bertindak sendirian.
Abe sedang memberikan pidato atas nama seorang kandidat politik di persimpangan jalan ketika dia ditembak dari belakang. Berbagai foto yang beredar menunjukkan tersangka berdiri dekat dengan Abe beberapa saat sebelumnya.
Para saksi mata juga menggambarkan telah melihat seorang pria membawa senjata besar. Pria ini, kata mereka, bergerak hanya dalam jarak beberapa meter dari Abe dan menembak dua kali. Setelahnya, Abe ambruk ke tanah, sementara warga di sekitar berteriak kaget tidak percaya.
Senjata mentah
Petugas keamanan menukik ke arah pria bersenjata itu, yang tidak berusaha lari.
Senjata laras kembar yang membunuh Abe dibuat dengan kasar dari logam dan kayu, dibungkus dengan selotip hitam tebal. Beberapa senjata buatan tangan dan bahan peledak kemudian ditemukan di rumah tersangka.
Baca Juga: Shinzo Abe Wafat, JK Kehilangan Sahabat
Abe terluka di leher dan mengalami pendarahan hebat saat dia diterbangkan ke rumah sakit.
Dia dikatakan sadar dan responsif dalam beberapa menit setelah serangan, tetapi dokter mengatakan tidak ada tanda-tanda vital yang terdeteksi pada saat dia dipindahkan untuk perawatan.
Petugas medis bekerja berjam-jam untuk menyelamatkannya sebelum dia dinyatakan meninggal pada Jumat, pukul 17.03 waktu setempat.
Di media sosial Jepang, tagar 'kami menginginkan demokrasi, bukan kekerasan' menjadi trending sepanjang hari Jumat. Banyak pengguna juga mengungkap kengerian serta rasa jijik mereka atas insiden tersebut.
Pada tahun 2014, hanya ada enam insiden kematian senjata di Jepang. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan Amerika Serikat, yang mencatatat hingga 33.599 kasus pada tahun itu.
Di Jepang, warga harus menjalani ujian ketat dan tes kesehatan mental untuk membeli senjata, dengan hanya shotgun atau senapan gentel dan senapan angin yang diperbolehkan.
Abe pertama kali menjabat selama satu tahun pada 2006, dan diteruskan pada tahun 2012 hingga 2020 sebelum mengundurkan diri dengan alasan kesehatan. Saat menjabat, dia mendorong kebijakan yang lebih tegas tentang pertahanan dan kebijakan luar negeri dan telah lama berusaha untuk mengubah konstitusi pasifis Jepang pascaperang.
Abe juga telah mendorong kebijakan ekonomi yang kemudian dikenal sebagai 'Abenomics', yang dibangun di atas pelonggaran moneter, stimulus fiskal, dan reformasi struktural.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: