Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Revolusi Akhlak Habib Rizieq Jadi Polemik, Slamet Maarif: Kan Kita Sering Lihat dan Dengar...

        Revolusi Akhlak Habib Rizieq Jadi Polemik, Slamet Maarif: Kan Kita Sering Lihat dan Dengar... Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Usai bebas bersyarat, Eks Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab langsung tancap gas dan menilai menilai negara sedang darurat kebohongan.

        Ulama yang dinilai getol mengkritik pemerintahan ini mengajak simpatisannya agar tetap menggaungkan revolusi akhlak.

        Baca Juga: "Habib Rizieq Mau Menemui dan Akan Bicara dari Hati ke Hati dengan Jokowi"

        Sontak hal tersebut menjadi buah bibir di masyarakat bahkan mendapatkan perhatian lingkaran pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi langsung seperti tenaga ahli utama kantor staf presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin.

        Menanggapi itu, sekretaris Majelis Syuro PA 212 Slamet Ma’arif angkat bicara.

        Slamet mengatakan, pernyataan Habib Rizieq itu tidak ditujukan terhadap individu tertentu, tetapi kepada pihak yang sering berbohong.

        “Pernyataan HRS tersebut ditujukan kepada siapa pun anak bangsa Indonesia yang suka berbicara tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan yang sebenarnya. Tidak ditujukan kepada spesifik individu siapa pun itu,” kata Slamet saat dihubungi, Kamis 21 Juli 2022.

        “Kan kita sering lihat dan dengar, baik di medsos maupun dunia nyata, dari anak-anak hingga tua, dari rakyat, bisa pejabat, banyak yang melakukan kebohongan publik,” ungkapnya.

        Slamet meminta semua pihak agar tidak tersinggung dengan ucapan itu.

        “Jadi nggak usah tersinggung kalau memang bukan tukang bohong,” ucapnya.

        Baca Juga: Ungkit Chat Mesum HRS, Tokoh Ini Blak-blakan Soal Habib Rizieq Bebas Bersyarat: Seyogyanya...

        “Kalau kita nggak punya budaya bohong, ya terasa adem dan sejuk di kulit kita. Tapi kalau kita ada luka (suka bohong), ya pasti terasa sakit, bahkan kalau sakit betul, itu borokan namanya (bohong jadi budaya). Jadi sekarang kita bisa melihat mana yang sehat dan mana yang sakit (bohong),” tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: