Perundungan digital (cyber bullying) masih menghantui anak-anak di tengah kemajuan teknologi. Berdasarkan data UNICEF pada 2020, 45 persen anak di Indonesia, yang berusia 14-24 tahun, menjadi korban cyber bullying sepanjang 2020.
Kasus terbaru, seorang anak berusia 11 tahun di Tasikmalaya meninggal karena depresi menjadi korban perundungan. Videonya disebarluaskan sehingga viral. Kejadian ini memprihatinkan, sekaligus menunjukkan kurangnya komunikasi di lingkungan keluarga sehingga anak tega melakukan perundungan kepada teman sebayanya.
Baca Juga: Literasi Digital, Ingat Toleransi Saat di Media Sosial
"Anak merupakan observer dan pencontoh nomor satu. Jadi kalau kita produktif dan positif di dunia digital, dan kita mengajarkan hal itu kepada anak, anak juga akan mencari hal-hal produktif dan positif di dunia digital. Pasti yang mereka contoh adalah orang tua, orang terdekat darinya," kata Managing Director D&D Consulting & Founder Assessme.id, Ni Made Sudaryani SSi. MM, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Senin (25/7/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Orang tua, dia melanjutkan, harus mampu membangun komunikasi dengan baik. Kenali bagaimana interaksi anak dan teman-temannya di dunia digital. Cari tahu apa yang dilakukan di media sosial.
Kemudian, orang tua juga perlu menyadari perubahan perilaku anak dan cari tahu apa penyebabnya. "Misalnya anak tiba-tiba murung, tidak mau makan, sampai harus masuk rumah sakit. Ini pasti ada sesuatu yang terjadi. Kita harus cari tahu," ujar Sudaryani.
Cyber bullying dapat memunculkan rasa tidak nyaman, tidak percaya diri, takut, bahkan menimbulkan gangguan psikologis yang bisa mendorong korban menyikiti diri sendiri atau orang lain. Pada kasus ekstrem, korban memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna dengan 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
Baca Juga: Pentingnya Etika Digital Saat Selancari Luas dan Beragamnya Internet
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Managing Director D&D Consulting & Founder Assessme.id, Ni Made Sudaryani SSi. MM. Kemudian, Ketua Relawan TIK Sidoarjo, Direktur CV.Toserba Pesantren, Mohammad Rofiuddin, S.Kom, MM, serta mengundang Key Opinion Leader (KOL), Indy Barends.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum