Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Warga Donetsk Diminta Segera Mengungsi, Zelensky: Agar yang Dibunuh Rusia Sedikit

        Warga Donetsk Diminta Segera Mengungsi, Zelensky: Agar yang Dibunuh Rusia Sedikit Kredit Foto: Reuters/Ukrainian Presidential Press Service
        Warta Ekonomi, Kiev, Ukraina -

        Seluruh warga sipil Donetsk, Ukraina, diminta oleh Presiden Volodymyr Zelensky mengungsi ke tempat yang lebih aman. Hal ini sejalan dengan intensifikasi pertempuran di sejumlah wilayah timur yang masih dikendalikan Kiev.

        "Semakin banyak orang yang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia," ungkapnya.

        Baca Juga: Volodymyr Zelenskyy dan Istri Berpose untuk Vogue, Publik Ukraina Terpecah

        Pertempuran hebat telah terjadi di sana di tengah kemajuan pasukan Rusia yang pelan-pelan menguasai sebagian besar wilayah itu.

        "Kami akan menggunakan semua peluang yang ada untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin dan membatasi teror Rusia sebisa mungkin," tekadnya.

        Sementara itu, Rusia mengundang pejabat PBB dan Palang Merah untuk menyelidiki kematian 50 tawanan perang Ukraina di penjara di Olenivka, bagian wilayah Donetsk yang dikuasai separatis yang didukung Rusia. Pasukan tewas dalam serangan terhadap penjara tersebut. Rusia dan Ukraina pun saling menyalahkan.

        Menurut otoritas pertahanan Rusia pada Sabtu (30/7) malam, Moskow akan menyambut baik 'penyelidikan objektif' atas insiden tersebut.

        Apa yang terjadi di sana pada Jumat (29/7) masih belum jelas. Rekaman video Rusia yang belum diverifikasi secara independen menunjukkan deretan ranjang susun yang hancur dan mayat hangus bergelimpangan.

        Pada Sabtu (30/7), Rusia menerbitkan daftar 50 tawanan perang yang tewas dalam serangan itu. Moskow mengeklaim serangan itu dilancarkan oleh Ukraina menggunakan sistem artileri HIMARS buatan Amerika Serikat (AS).

        Kyiv sontak membantahnya dan balik menuduh Rusia yang membombardir sendiri fasilitas itu untuk menutupi bukti kejahatan perang.

        Sementara itu, Palang Merah mengaku telah meminta akses ke fasilitas penahanan yang dikelola Rusia dan tahanan yang masih hidup. Namun, belum ada izin yang segera diberikan. Menurut wakil kepala delegasi di Ukraina, Daniel Bunnskog, akses ke tawanan perang wajib diberikan sesuai Konvensi Jenewa.

        Di tempat lainnya, kedutaan besar Rusia di Inggris mengunggah twit yang menghasut kebencian terhadap batalion Azov Ukraina. Twit pada Jumat (29/7) malam itu menampilkan sepasang warga di gedung yang hancur. Pasukan Azov pun dituduh telah membombardir rumah mereka.

        Kedutaan lantas menuliskan alih bahasa yang mengulangi seruan pria dalam video itu yang mendesak hukuman gantung bagi pasukan Azov.

        "Militan Azov pantas dieksekusi, tetapi bukan oleh regu tembak, melainkan dengan digantung karena mereka bukan tentara sungguhan. Mereka pantas mendapatkan kematian yang memalukan," twitnya.

        Resimen Azov adalah kelompok nasionalis yang berhubungan dengan sayap kanan ketika dibentuk pada 2014. Mereka lantas dimasukkan ke dalam Garda Nasional Ukraina.

        Rusia telah lama menuduh resimen itu sebagai neo-Nazi dan penjahat perang. Ini juga menjadi bagian dari kampanye propaganda Kremlin untuk membenarkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

        Pasukan Azov terpaksa meletakkan senjata pada bulan Mei setelah mempertahankan Azovstal selama berminggu-minggu dengan sengit. Pabrik baja raksasa di pelabuhan tenggara Mariupol itu akhirnya direbut oleh Rusia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: