Di era transformasi digital, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) mempunyai tugas memperluas akses digital perpustakaan untuk mempercepat terwujudnya manusia unggul yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, saat membuka Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-13 di Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/8/2022). Dia menjelaskan, banyak tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan transformasi digital.
Baca Juga: Kepala Perpusnas Sharing Program Transformasi Perpustakaan di Kongres Internasional
"Mengubah kebijakan, menciptakan regulasi, apalagi mengubah dari manual ke digital itu luar biasa tidak mudah," ungkapnya, dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa Perpusnas akan memberikan dukungan penuh kepada program-program yang diselenggarakan Forum Perpustakaan Digital Indonesia ke depannya. "KPDI merupakan mitra penting bagi Perpusnas untuk mempercepat transformasi digital," imbuhnya.
Di samping itu, transformasi digital harus terus didukung, mulai dari menyiapkan infrastruktur digital, mengubah cara berpikir ke arah digital, hingga bagaimana produk digital dapat dijual di pasar digital.
Menurutnya, literasi bermuara pada munculnya inovasi yang dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan masyarakat untuk bersaing dalam kancah global. "Tantangannya adalah bagaimana memperbanyak buku-buku digital, buku-buku life skill, buku-buku tutorial," sebutnya.
KPDI ke-13 yang digelar Perpusnas bekerja sama dengan Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) juga dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, dan Wakil Walikota Solo, Teguh Prakosa.
Dalam sambutannya, Sumarno mengatakan hadirnya KPDI ke-13 membuktikan bahwa perpustakaan tidak pernah tertinggal dan terus beradaptasi. Perpustakaan digital, menurutnya, seharusnya menarik minat masyarakat karena aksesnya jauh lebih mudah dibandingkan perpustakaan konvensional.
"Kalau perpustakaan konvensional harus datang, perpustakaan digital jauh lebih mudah diakses. Yang menjadi tantangan kita semua adalah bagaimana kita menyosialisasikan ke masyarakat yang tidak banyak yang tahu masalah perpustakaan digital ini," paparnya.
Perpustakaan digital juga memiliki peran penting dalam meminimalkan dampak negatif munculnya era digital. Salah satunya, di mana masyarakat mudah sekali terpapar dan membagikan informasi yang belum diklarifikasi dan belum teruji kebenarannya.
Sumarno berharap hadirnya KPDI ke-13 dapat mendorong perpustakaan digital ke arah yang makin maju demi menciptakan manusia unggul yang dapat bersaing di kancah internasional.
Baca Juga: Perpusnas Dukung Palangka Raya Jadi Smart City Tinggi Literasi
"Kita berharap apa yang kita inginkan terkait revitalisasi perpustakaan digital dalam mempercepat transformasi pengetahuan untuk masyarakat sejahtera ini terwujud melalui forum ini. Tentu saja perpustakaan digital menjadi lebih maju serta lebih banyak berperan menghasilkan manusia yang unggul Indonesia di Kancah internasional," pungkasnya.
KPDI ke-13 mengangkat tema "Revitalisasi Perpustakaan Digital dalam Percepatan Transformasi Pengetahuan Untuk Masyarakat Sejahtera". Ada empat topik yang menjadi isu utama: perpustakaan digital dalam percepatan transformasi pengetahuan ke masyarakat pinggiran (marjinal); pustakawan inovatif dan kreatif mentransformasikan pengetahuan untuk masyarakat produktif; pengembangan perpustakaan digital untuk layanan inklusif pemustaka difabel; dan peran perpustakaan digital dalam percepatan transformasi masyarakat di wilayah pedesaan dan wilayah Terdepan, Terpencil, Tertinggal (3T).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: