Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bekerja sama dengan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) melakukan penanaman bibit pohon bagi Rumah Ibadah Khonghucu. Gerakan ini merupakan bentuk dari kampanye penanaman 10 juta pohon sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) terus berlanjut.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengapresiasi MATAKIN yang mendukung kampanye penanaman 10 juta pohon.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam peluncuran Penanaman Pohon bagi Rumah Ibadah Konghucu yang diselenggarakan oleh MATAKIN di Hariston Hotel & Suites, Sabtu (13/8/2022).
Baca Juga: Menteri LHK Siti Nurbaya: Capai Target NDC 2030, 5 Kementerian Ini Berkolaborasi
"Saya mengucapkan terima kasih pada MATAKIN. Saya berharap terus kerja sama dan dukungan program Kemenko PMK melalui MATAKIN untuk kedepannya," ujar Menko PMK saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan yang dihadiri oleh Ketua MATAKIN Xs Budi Santoso Tanuwibowo dan seluruh perwakilan Majelis Agama Khonghucu dari seluruh Indonesia, mengutip dari rilis Kemenko PMK.
Menko Muhadjir menjelaskan, menanam pohon sama dengan memberi kehidupan bagi seluruh manusia. Hal itu dikarenakan pohon menghasilkan kebutuhan dasar manusia untuk hidup yaitu oksigen.
"Ketika kita menanam pohon pada dasarnya kita menghidupkan manusia. Karena apa yang dibuang pohon yaitu oksigen itu kebutuhan manusia, dan sebaliknya apa yang kita keluarkan yakni karbon dioksida itu makanan pohon," jelasnya.
Kata Muhadjir, melestarikan ekosistem dengan menanam pohon akan terus membuat kehidupan manusia tetap harmonis. Selain sebagai penghasil oksigen, dia memaparkan, pohon juga sangat memiliki peran besar seperti mencegah banjir dan longsor.
"Kita bergerak menanam pohon ini untuk membangun kehidupan. Ketika kita menanam pohon itu memperpanjang kehidupan kita sendiri," ucap dia.
Selain itu, yang paling vital juga, peran pohon juga sangat penting mencegah pemanasan global. Apalagi, dewasa ini karena maraknya deforestasi dan penebangan hutan membuat anomali cuaca dan efek rumah kaca semakin parah. Karenanya, dia menyebut menanam pohon ini dalam konteks global berkaitan dengan hidup matinya warga dunia.
"Seolah menanam pohon itu biasa saja Tetapi kalau konteks global ini berkaitan dengan mati hidupnya warga dunia. Kita tahu penyebab pemanasan global yaitu deforestasi dan juga terkait dengan sikap mental kita yang lebih suka menebang," tutur Menko PMK.
Karenanya, Muhadjir juga menegaskan agar masyarakat dapat merubah mental suka menebang menjadi semangat menanam dalam berbagai hal.
"Kalau sudah menjadi mental menanam maka kita bisa menanam apa saja tidak hanya menanam pohon. Menanam kebahagiaan untuk mereka yang susah, menanam kemakmuran untuk yang kekurangan," ujarnya.
Menurutnya, bila memiliki mental suka merusak pohon maka mental dalam hal lain juga akan buruk. Karenanya, mental merusak ini yang ingin ditangani oleh Kemenko PMK melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental.
"Kalau kita punya mental merusak menebang pohon, menebang kepentingan orang, menebang hak orang menebang sesuatu yang seharusnya hidup atas nama kepentingan kserakahan menghabisi hidup orang, itu bagian sifat mental yang harus kita tangani," pungkas Muhadjir Effendy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Rosmayanti