Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perusahaan Raksasa di Jepang Ramai-Ramai Naikkan Upah Pegawai, Ternyata Gara-Gara....

        Perusahaan Raksasa di Jepang Ramai-Ramai Naikkan Upah Pegawai, Ternyata Gara-Gara.... Kredit Foto: AP Photo/Kiichiro Sato
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Belakangan ini, makin banyak perusahaan raksasa di Jepang yang memutuskan untuk menaikkan upah pegawai. Hal itu dilakukan karena perusahaan ingin menarik lebih banyak pekerja dan sekaligus sebagai upaya mengatasi kekurangan tenaga kerja.

        Untuk diketahui, dalam sebuah survei diketahui bahwa upah yang lebih tinggi belum menjadi taktik utama bagi perusahaan. Pasalnya, digitalisasi dinilai sebagai langkah yang paling populer dalam mengatasi krisis tenaga kerja yang terjadi. Perusahaan Jepang umumnya mengindari kenaikan upah pegawai karena deflasi selama beberapa dekade membuat mereka sulit membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen. 

        Baca Juga: Hadiah Kemerdekaan! Begini Tampilan 7 Mata Uang Rupiah Kertas yang Baru Dirilis Bank Indonesia!

        Namun, kondisi tersebut mungkin sudah berubah. Pasalnya, sejumlah tekanan kini dihadapi, mulai dari harga komoditas yang lebih tinggi, nilai tukar yen yang lebih lemah menaikkan biaya hidup, hingga krisis tenaga kerja. Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, bahkan meminta perusahaan untuk menaikkan upah untuk merepons berbagai hal tersebut.

        "Secara keseluruhan, kami menghadapi kekurangan tenaga kerja dan kami berjuang untuk memikat pekerja paruh wakyi di toko-toko pada khususnya. Kami merespons dengan menaikkan upah, tetapi ada batasnya," tulis seorang manajer grosir yang menjadi sumber anonim Reuters, dilansir pada Kamis, 18 Agustus 2022.

        Sebuah jejak pendapat yang melibatkan 496 perusahaan nonkeuangan besar pada periode 2-12 Agustus menunjukkan apa yang tampak sebagai keinginan yang muncul dari perusahaan mengenai kenaikan upah. Kenaikan upah atau gaji awal dipilih oleh 44% responden sebagai salah satu dari beberapa taktik yang mereka adopsi. Itu dibandingkan dengan hanya 25% perusahaan yang mengatakan dalam Survei Perusahaan tahun 2017 bahwa mereka akan menaikkan gaji. Sebanyak 59% memilih langkah-langkah digital dan lainnya untuk menghemat tenaga kerja sebagai salah satu taktik mereka.

        Ekonom senior di SMBC Nikko Securities, Koya Miyamae, mengungkapkan bahwa kekurangan tenaga kerja mendorong lebih banyak perusahaan untuk menaikkan upah pegawai secara bertahap. Menurutnya, apa yang terjadi saat ini hanyalah permulaan untuk gelombang kenaikan upah yang lebih kuat di masa mendatang.

        "Gelombang berubah karena kekurangan tenaga kerja telah mendorong semakin banyak perusahaan untuk menaikkan upah meskipun secara bertahap. Sekarang baru permulaan, seiring bertambahnya usia dan berkurangnya populasi, momentum untuk menaikkan upah akan semakin kuat," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: