Kebijakan Pemerintah India yang mengajukan pembelian 2,6 juta ton sawit Indonesia akan membawa dampak positif terhadap perdagangan sektor industri sepanjang 2022 ini. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono menjelaskan, adanya permintaan dari India menjadi bagian perbaikan ekspor. Hal ini lantaran, selama pelarangan ekspor, telah berdampak terhadap suplai sawit ke India yang menjadi terbatas.
“Di pasar domestiknya, India mengalami kekurangan pasokan sawit. Kunjungan Pak Zulkifli Hasan (Mendag) kemarin menciptakan komitmen untuk percepatan. Kedua pihak sepakat akan hal tersebut,” ujar Joko yang ikut rombongan Misi Dagang Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia pada Rabu (31/8/2022).
Baca Juga: Industri Sawit Nyatakan Siap Pasok CPO Untuk Program B40
Perlu diketahui, India merupakan pasar tradisional bagi produk sawit dari Indonesia. Sebagian besar permintaan sawit dari negara ini berupa minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Pada 2019, impor sawit India dari Indonesia mencapai 5,04 juta ton. Namun memasuki tahun 2020, impor sedikit turun menjadi 4,79 juta ton. Joko Supriyono mengestimasi, ekspor sawit Indonesia ke India sepanjang 2022 berada di kisaran 3,5 - 4 juta ton.
”Ekspor sebesar 4 juta ton sudah maksimal sekali untuk tahun ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa India dipilih sebagai kunjungan pertama ke luar negerinya, karena merupakan mitra dagang strategis RI.
“Kedua negara memiliki hubungan sejarah yang panjang dan erat, sesama negara G20 dan ekonominya saling mengisi karena kita saling membutuhkan satu sama lain,” tegas Mendag.
Dijelaskannya, penandatanganan sebanyak 22 MoU pada misi dagang tersebut meliputi produk-produk minyak kelapa sawit (CPO), olein, batu bara, furnitur, perkakas plastik, serta bubur kertas dan kertas dengan nilai total mencapai USD3,2 miliar.
Baca Juga: Wah, India Akan Contek Standar Pelayanan Indonesia di Next Presidensi G20!
“Khusus produk kelapa sawit total komitmen yang menjadi kesepakatan sebanyak 2,6 juta ton atau senilai USD3,16 miliar,” kata Zulkifli Hasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar