Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Astaga! Kasus HIV/AIDS di Jabar Bertambah 3.744 Orang Hingga Juni 2022

        Astaga! Kasus HIV/AIDS di Jabar Bertambah 3.744 Orang Hingga Juni 2022 Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat pada semester pertama 2022 (Januari-Juni), tercatat penambahan kasus HIV/AIDS sebanyak 3.744 orang, dan 2.850 orang telah menjalani pengobatan rutin.

        Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar Ryan Bayusantika Ristandi mengatakan, data Dinkes Jabar selama 2021, tercatat penambahan HIV positif sebanyak 5.444 orang, dan 4.165 orang kini rutin menjalani pengobatan. 

        Baca Juga: Duh! Seorang Pria Positif Covid-19, Cacar Monyet, dan HIV di Waktu Bersama, Begini Kondisinya

        Selama tahun 2021, lima besar wilayah di Jabar tercatat yang mengalami penambahan kasus HIV positif, yakni Kota Bandung (869), Kabupaten Bogor (429), Bekasi (390), Kota Bogor (388), dan Kabupaten Indramayu (353). 

        "Sedangkan dari Januari-Juni 2022, lima besarnya adalah Kota Bandung (410), Kabupaten Bogor (365), Kota Bekasi (365), Kabupaten Indramayu (252) dan Kabupaten Bekasi (217)," kata Ryan kepada wartawan dalam Temu Pimpinan untuk Aspirasi Masyarakat (TEPAS) bertema "Ruang untuk ODHA" di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (2/9/2022).

        Ryan mengungkapkan, selama tahun 2021, tes HIV dilaksanakan terhadap 576.155 orang. Adapun, dari Januari-Juni 2022, tes dilakukan kepada 341.643 orang. 

        "Tes (HIV) dilakukan di seluruh wilayah Jabar dengan konsentrasi pada Kota/Kabupaten Bandung, Kota/Kabupaten Bogor, Cirebon, dan Kabupaten Garut," katanya.

        Selain itu, pada 2021, tercatat penambahan baru AIDS sebanyak 337 orang, dan selama Januari-Juni 2022, penambahan penderita positif AIDS sebanyak 200 orang. 

        Baca Juga: 2022, Pemdaprov Jabar Targetkan Renovasi Rutilahu 9.513 Unit

        "Dengan demikian secara akumulatif hingga Juni 2022 di Jabar tercatat penderita HIV positif sebanyak 55.069 orang, dan kasus AIDS sebanyak 12.223 orang," ungkapnya.

        Sementara itu, dalam meluruskan stigma negatif terhadap ODHA, kata Ryan, perlu kolaborasi semua pihak, bukan hanya dari Dinas Kesehatan atau Dinas Sosial Jawa Barat, melainkan juga dari organisasi masyarakat lainnya.

        Dinas Sosial Jabar sendiri memiliki beberapa program agar ODHA dapat kembali berinteraksi dan produktif dalam kehidupannya melalui pemberdayaan sosial. Contohnya dengan memberikan pelatihan barista di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 

        "Pemberdayaan sosial harus dilanjutkan. Mereka memiliki potensi dan harus tetap beraktivitas. Silahkan kembali bekerja, bermusik, berolahraga, di bidang jasa atau yang lainnya sesuai dengan kemampuannya," kata Kepala Dinas Sosial Provinsi Jabar Dodo Suhendar.

        Baca Juga: Kasus AIDS Masih Tinggi, Tokoh Jawa Barat Angkat Bicara

        Menurutnya, jika ODHA kembali dalam lingkungan sosialnya, bahkan produktif secara ekonomi, setidaknya, hal itu akan mengurangi stigma negatif di masyarakat. 

        Ia pun mengajak kepada semua pihak untuk memetakan keberadaan ODHA dan potensi mereka yang dapat terus dikembangkan di masyarakat. Apalagi menurutnya, ODHA dari kalangan keluarga miskin juga berhak untuk mendapatkan bantuan sosial.

        "Jika mereka dari keluarga tak mampu bisa memanfaatkan bantuan sosial. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk mengakses bansos, bantuan sembako, BPJS hingga KIP (Kartu Indonesia Pintar)," tegasnya.

        Pada kesempatan yang sama, perwakilan dari Jabar Quick Response (JQR), Yana Suryana, mengatakan pihaknya sudah melakukan pendampingan kepada ODHA terutama pada kelompok rentan ekonomi.

        Baca Juga: Pengusaha Properti Jabar Menjerit jika Harga BBM Jadi Naik

        Seperti saat pandemi Covid-19, JQR membantu ODHA agar tetap memiliki akses terhadap pengobatan ARV. Dengan akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih cepat, maka kontinuitas pengobatan ARV tetap berjalan di tengah keterbatasan akses akibat Covid-19.

        "Kita juga memikirkan agar mereka tetap mendapatkan akses pendidikan, akses terhadap obat atau ARV, dan lainnya," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: