Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dukung Transisi Energi Bersih, PLN Serahkan Kendaraan Listrik untuk Operasional Istana Presiden

        Dukung Transisi Energi Bersih, PLN Serahkan Kendaraan Listrik untuk Operasional Istana Presiden Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Makassar -

        PT PLN (Persero) memberikan dukungan 11 unit motor listrik dan 9 unit motor pickup listrik untuk kelancaran kegiatan operasional Istana Kepresidenan.

        Kepala Sekretariat Kepresidenan (Setpres) Heru Budi Hartono menyambut baik langkah ini. Pasalnya, dengan menggunakan kendaraan listrik, Istana Negara juga mampu memberikan contoh dan turut mengampanyekan penggunaan energi yang lebih bersih.

        Baca Juga: Diyakini Mampu Produksi Motor Listrik Karya Anak Bangsa, BMI Raih Banyak Dukungan dari Insan Otomotif

        "Ini simbol, kita melakukan perubahan dan tentunya saving energy, energi ramah lingkungan. Saya ucapkan terima kasih. Semoga yang lain bisa mengikuti, membantu mempercepat adaptasi dukungan dalam perubahan iklim yang harus kita waspadai," kata Heru dalam keterangan resminya, Kamis (8/9/2022).

        Adapun Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan bahwa penyerahan kendaraan listrik sebagai kendaraan operasional di Istana ini juga jadi salah satu langkah PLN dalam memasifkan kendaraan listrik. Dengan penggunaan kendaraan listrik, operasional di Istana lebih efisien dan ramah lingkungan.

        "Kami ingin mengajak istana juga bisa menggunakan kendaraan listrik. Dengan pergeseran transportasi yang berbasis BBM yang impor dan kotor digantikan dengan transportasi berbasis listrik. Ini bisa menghemat sampai 50 persen," katanya

        Selain itu, PLN juga menyerahkan sertifikat energi baru terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) untuk mendukung penggunaan listrik ramah lingkungan di 5 Istana Kepresidenan, yakni Istana Merdeka Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Cipanas, dan Tampaksiring.

        Penyerahan REC ini sekaligus menjadi tanda jika Sekretariat Presiden (Setpres) menjadi lembaga pemerintah pertama yang memanfaatkan REC PLN. Ia menuturkan, melalui REC ini, Istana Negara saat ini dialiri listrik yang berbasis energi bersih.

        "Inilah wujud dari komitmen Pemerintah Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission di 2060," ujarnya.

        Sementara, sumber energi bersih yang digunakan dalam REC di lima Istana Kepresidenan ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang dengan kapasitas pembangkit 140 megawatt (MW). PLN juga memiliki sumber energi bersih lain, yakni PLTP Lahendong 80 MW dan PLTA Bakaru 130 MW.

        "Jadi, total produksi listriknya ada sekitar 2,5 juta MWh per tahun yang ini setara dengan 2,5 juta unit REC," imbuhnya.

        Darmawan menyebutkan, kerja sama REC untuk lima Istana Kepresidenan ini berkapasitas 12.800-an MWh per tahun di mana selama dua tahun setara dengan 24.360 unit REC. Artinya, masih banyak potensi REC yang bisa dikerjasamakan dengan berbagai pihak. Maka, dengan kerja sama ini dapat menjadi percontohan bagi seluruh lembaga pemerintahan di Indonesia untuk memanfaatkan listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan.

        "Kesuksesan transisi energi bukan hanya ditentukan PLN saja, tetapi juga dukungan oleh seluruh kekuatan dalam negeri, termasuk yang sudah didorong oleh Pak Kasetpres di sini melalui pemanfaatan produk kelistrikan berbasis EBT," ungkapnya.

        Baca Juga: Wuling Tawarkan Perawatan Mobil Listrik Murah, Mau Coba?

        Diketahui, PLN menyediakan REC untuk listrik setara 620.378 megawatt hour (MWh) hingga Juli 2022. Angka ini naik dari realisasi akhir 2021 yang mencapai 308.201 MWh. Saat ini REC telah dimanfaatkan 186 pelanggan industri dan bisnis.

        REC merupakan instrumen yang merepresentasikan atribut terbarukan dari setiap MWh listrik yang diproduksi oleh pembangkit energi terbarukan. Satu unit REC merepresentasikan satu MWh.

        REC yang disediakan PLN membuktikan bahwa energi yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT yang diverifikasi oleh sistem tracking internasional, APX TIGRs yang berlokasi di California, USA. Dengan demikian, setiap REC dapat dipertanggungjawabkan, berkualitas tinggi, dan memenuhi standar internasional.

        "Dulu perusahaan-perusahaan mesti beli sertifikat REC ke luar negeri. Untuk itu, kami membangun produk REC dalam negeri, tetapi tetap diakui oleh internasional," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: