Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tarif Ojol Naik, Driver Ojol Curhat: Jujur dalam Hati Saya Tidak Suka, Imbasnya Banyak

        Tarif Ojol Naik, Driver Ojol Curhat: Jujur dalam Hati Saya Tidak Suka, Imbasnya Banyak Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kebijakan terkait dengan kenaikan tarif baru ojek online (ojol) telah diumumkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang mulai berlaku sejak 11 September 2022 pada pukul 00.00 WIB.

        Di wilayah Jabodetabek, kenaikan tarif batas bawah mengalami peningkatan sebesar 13% dan tarif batas atas mengalami kenaikan sebesar 6% dengan besaran tarif pada biaya jasa batas bawah yang semula Rp2.250 per km menjadi Rp2.550 per km dan biaya jasa batas atas yang semula Rp2.700 per km menjadi Rp2.800 per kmdengan biaya jasa minimal dalam rentang biaya jasa per 4 km menjadi Rp10.200-Rp11.200.

        Melihat situasi kenaikan saat ini, Warta Ekonomi mencoba mencari tahu mengenai tanggapan dari para driver ojol yang berada di wilayah Jabodetabek terhadap kebijakan kenaikan tarif yang baru diberlakukan per 11 September2022.

        Baca Juga: Ojol Dapat Bansos, Sementara Sopir Bus dan Truk Tidak, MTI: Sungguh Ironis

        Eddy Supriyanto, seorang driver ojol dari Gojek mengaku dirinya tidak begitu mempermasalahkan kenaikan tarif dengan catatan bahwa kenaikan tarif yang dinaikkan itu sesuai.

        “Kalau buat saya sih tidak masalah, asal tarif juga dinaikkan sesuai. Kan dari kebijakan pemerintah alasannya juga sudah jelas tuh, naikkannya kenapa-kenapa. Kalau tidak dinaikkan kan kita jadi rakyat nanti kesannya agak egois juga. Tapi sebenarnya sih, jujur dalam hati saya tidak suka kalau tarif naik, pertama karena imbasnya banyak tuh yang kena kalau naik, tidak hanya transportasi saja,” tuturnya kepada Warta Ekonomi pada Senin (12/9/2022).

        Terkait dampak dari kenaikan tarif baru yang diberlakukan itu, Eddy mengatakan bahwa karena kebijakan baru saja diberlakukan belum lama, untuk dampaknya masih belum ia rasakan. Dari sisi pelanggan, belum terjadi pengurangan dan selama beberapa hari ini order-annya masih sama saja seperti biasanya. Di mana Eddy sehari-harinya masih mendapatkan bayaran yang normal, yaitu dengan rata-rata pendapatan tertinggi Rp170.000.

        Sama halnya dengan Eddy, Kadnan seorang driver Grab mengaku belum melihat adanya perubahan maupun dampak yang signifikan sejak diberlakukannya kebijakan tarif baru. Kepada Warta Ekonomi, ia mengungkapkan, “kan baru hitungan hari ya, kita belum lihat ada penurunan [dari sisi customer maupun pendapatan pribadi], kalau saya sih masih biasa. Perubahannya justru ada di pendapatan, ada tambahan Rp500 itu lumayan, jadi bisa buat tambah-tambah penghasilan.”

        “Kemarin teman-teman kita itu demo, alhamdulillah sekarang setidaknya ada hasilnya,” lanjut Kadnan.

        Merujuk pada demo yang dimaksudkan oleh Kadnan, Eddy turut mengatakan hal yang sama. Bahwa rekan-rekan driver ojol telah dua kali mengajukan tuntutan pada perusahaan dengan memperjuangkan beberapa tuntutan, termasuk yang utama terkait dengan penyesuaian dari kebijakan kenaikan tarif ini.

        “[Merespons pada kebijakan kenaikan tarif itu] poin itu (penyesuaian tarif ojol dengan pertimbangan BBM) yang sekarang kita lagi fokus perjuangin ke kantor, [sebelumnya] yang poin tarifnya enggak sesuai sama tarif BBM yang naik,” jelas Eddy.

        Lanjutnya, “kalau untuk tiga kilometer pertama, kita naiknya cuma Rp800 perak. Di atas tiga kilo, baru sesuai dah tu, Rp2.000 lebih. Cuma kan ya itu kalau kita driver kan enggak bisa milih rutenya berapa kilo, masuk saja kita ambil. Nah kalau kita dapatnya di bawah tiga kilo, ya sudah, ongkosnya enggak sesuai.”

        Saat ditanya mengenai respons perusahaan, Eddy menjawab, “kalau responsnya sih dari pihak Gojek, nampung doang, nampung aspirasi kita. Cuma yang baru direspons itu masalah kenaikan, itu juga kan masalah kenaikan itu karena dari Dishub ya.”

        Sedangkan respons dari Grab, Kadnan menuturkan, “kalau dari Grab sendiri itu kan mengikuti aturan pemerintah, jadi ya mohon maaf, kalau urusannya sudah sama pemerintah itu ya kita sebagai pihak driver hanya mengikuti saja.”

        Jika kenaikan tarif ini terus berlangsung, Eddy mengaku bahwa ada perasaan khawatir jika kenaikan tarif akan memengaruhi jumlah customer karena jika customer berkurang, maka pendapatannya pun berkurang.

        “Maunya turun aja, kan kalau turun banyak orang yang senang, dari segi customer-nya juga [senang]. Jadi tetaplah istilahnya banyak yang naik, nanti takutnya kalau naik kan orang yang enggak kerja Sabtu-Minggu, tadinya mau jalan-jalan enggak jadi. Ongkosnya naik. Kalauyang jauh-jauh istilahnya juga perhitungan lagi mereka nanti,” jelasnya.

        Sedangkan Kadnan mengaku dirinya tidak memiliki kekhawatiran tertentu karena adanya kenaikan BBM yang membuat tarif ojol naik ini pasti juga disadari oleh banyak orang.

        “Jelas sih ada pro-kontranya, itu pasti. Ada negatif dan positifnya. Cuma kalau kita lihat dari sisi penumpang sejauh ini belum ada keluhan. Artinya ya masih biasa, mungkin mereka juga menyadari. Tapi memang penumpang itu bermacam-macam.”

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Nurdianti
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: