Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Puan Disebut Belum Kompetitif di Pilpres 2024 Gegara Elektabilitasnya Makin Merosot, SMRC: Harus Jadi Perhatian PDIP

        Puan Disebut Belum Kompetitif di Pilpres 2024 Gegara Elektabilitasnya Makin Merosot, SMRC: Harus Jadi Perhatian PDIP Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, sejumlah lembaga survei mulai menganalisis tingkat  kemungkinan keterpilihan para tokoh nasional, terutama untuk menempati posisi calon presiden dan wakil presiden. Salah satu nama yang santer disebut dalam hal ini adalah Puan Maharani.

        Meski demikian, Survei SMRC menyatakan elektabilitas dan penerimaan publik Ketua DPR Puan Maharani masih rendah. Dalam survei Februari sampai Maret 2021, ada 60 persen warga yang tahu Puan menyatakan suka padanya.

        Baca Juga: Soal Kebocoran Data, Puan Maharani Tak Hanya Ingin Berakhir di Hacker Bjorka

        Pada survei terakhir (Agustus 2022) mengalami penurunan menjadi 44 persen. Lalu, apa penyebabnya suara dukungan untuk Puan masih rendah menjelang Pemilu 2024?

        Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan Puan sebenarnya sudah dikenal masyarakat Indonesia. Puan pun sudah menjadi anggota DPR sangat lama. Di dapilnya, Puan juga memperoleh suara terbanyak di antara calon-calon lain secara nasional.

        Baca Juga: Survei SMRC Sebut Nama Puan Maharani Belum Cukup Kompetitif Sebagai Capres 2024, PDIP Harus Ekstra Hati-hati

        Namun, Puan masih belum kompetitif untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden pada Pilpres 2024. Menurut Saiful, tingkat penerimaan publik pada Puan rendah dan cenderung makin lemah.

        Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru memiliki penerimaan publik tertinggi (83 persen pada survei Agustus 2022). Hal itu konsisten dengan tingkat elektabilitas Ganjar yang juga tertinggi. Di sisi lain, tingkat penerimaan Anies juga tinggi (74 persen). Lalu, dibanding Prabowo (71 persen), tingkat penerimaan Anies lebih tinggi. 

        "Gap penerimaan publik pada Puan terlalu jauh dibanding dengan tiga nama lain (Ganjar, Prabowo, dan Anies)," jelas Saiful.

        Salah satu kemungkinan penjelasan dari penerimaan yang rendah pada Puan adalah bahwa masyarakat Indonesia lebih menyukai tokoh yang tidak berasal dari kalangan elite. Ganjar, Anies, atau Jokowi, kata Saiful, pada dasarnya no body (bukan dari kalangan elite partai politik).

        Baca Juga: Puan Maharani VS Ganjar Pranowo, Antara Ikuti Kemauan Partai atau Kesukaan Rakyat

        Orang Indonesia memiliki kecenderungan menyukai tokoh yang berjuang lebih independen atau tidak bergantung pada kebesaran nama orang lain. Saiful melihat bahwa jika kecenderungan likeability negatif, akan sangat susah untuk membuka peluang. Sebab, makin disosialisasikan, publik justru makin resisten.

        "Ini harus menjadi perhatian yang sangat serius bagi PDIP jika mereka ingin mempertahankan memiliki presiden yang berasal dari kadernya kembali," paparnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: