Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sadis, TikToker Muda Tewas dalam Gelombang Demonstrasi yang Makin Menggila

        Sadis, TikToker Muda Tewas dalam Gelombang Demonstrasi yang Makin Menggila Kredit Foto: Reuters/Murad Sezer
        Warta Ekonomi, Teheran -

        TikToker muda Hadis Najafi tewas dalam gelombang aksi protes besar-besaran di Iran. Hal ini sempat viral dalam sebuah video sehingga memperkeruh situasi di negara tersebut.

        Dilansir dari Al Arabiya, Najafi tewas pada Rabu (21/9/2022) di kota Karaj usai ditembak mati oleh pasukan keamanan, menurut laporan jurnalis Iran Farzad Seifikaran pada Minggu (25/6/2022).

        Baca Juga: Alih-alih Pahami Isu, Amerika Malah Pakai Masalah Mahsa Amini buat Lemahkan Iran

        Dilaporkan The Jerusalem Post, ia ditembak 6 kali, sehingga menderita luka di perut, leher, jantung, dan tangan. Wanita 23 tahun ini pun dilarikan ke Rumah Sakit Ghaem, tetapi nyawanya tak terselamatkan.

        Najafi merupakan influencer ternama Iran di TikTok dan Instagram. Videonya sempat viral saat ia terlihat mengikat rambutnya yang tak ditutupi jilbab, kemudian dengan berani melangkah ke tengah aksi protes di Karaj.

        Pada Minggu (25/9), keluarga Najafi merilis rekaman pemakamannya. Video itu menunjukkan mereka menangisi fotonya di atas makam yang masih basah.

        "Inilah makam Hadis Najafi yang ditembak mati di jalan oleh pasukan keamanan karena memprotes. Hadis adalah gadis baik hati dan suka menari. Ia memprotes kematian sadis Mahsa Amini. Kejahatan mereka: menginginkan kebebasan," tulis Masih Alinejad, wartawan sekaligus advokat hak-hak perempuan Iran.

        "Ia baru berusia 20 tahun. Hatinya hancur karena Mahsa Amini. Ia bilang tak akan tinggal diam. Mereka membunuhnya dengan 6 peluru," ratap saudari Najafi.

        Iran dilanda demonstrasi besar-besaran sejak lebih dari sepekan lalu usai meninggalnya Mahsa Amini. Wanita Kurdi berusia 22 tahun itu mengembuskan napas terakhirnya setelah ditangkap polisi moral karena jilbabnya dianggap 'kurang pantas'.

        Kematiannya menyulut kembali kemarahan di Iran atas berbagai masalah, termasuk pembatasan kebebasan pribadi, aturan ketat dalam berpakaian untuk wanita, dan ekonomi yang terguncang akibat sanksi.

        Perempuan telah memegang peran penting dalam aksi protes ini. Mereka melambaikan dan membakar jilbabnya. Beberapa bahkan memotong rambutnya di depan umum, sementara yang lainnya menyerukan kudeta terhadap Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

        Bentrokan pun meletus antara pasukan keamanan dan demonstran di sejumlah kota. Menurut laporan Arab News, setidaknya 41 orang tewas saat Iran berusaha meredam demonstrasi nasional.

        Aksi protes ini menjadi yang terbesar yang melanda Iran sejak 2019. Pada saat itu, terjadi serangan kerusuhan dalam negeri paling berdarah dalam sejarah Republik Islam. Reuters melaporkan 1.500 orang tewas ketika demonstran ditindak keras saat memprotes harga BBM.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: