Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perekonomian Sumut Tahun 2022 Diprakirakan Tumbuh Lebih Tinggi dari Tahun 2021

        Perekonomian Sumut Tahun 2022 Diprakirakan Tumbuh Lebih Tinggi dari Tahun 2021 Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
        Warta Ekonomi, Medan -

        Perekonomian Sumatera Utara tahun 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.

        Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara, Doddy Zulverdi, mengatakan, tetap tingginya harga komoditas utama serta berlanjutnya program PEN juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

        Baca Juga: Ekonomi Indonesia Makin Membaik, Paling Tinggi Diantara Negara Anggota G20

        "Namun demikian, berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok global serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai peningkatan inflasi menjadi hal yang perlu diwaspadai," katanya, Jumat (30/9/2022).

        Dikatakannya, ada beberapa faktor yang mendorong bias atas, yakni pertama, membaiknya krisis geopolitik global sehingga turut mendorong perbaikan rantai pasok dan menstabilkan tekanan inflasi.

        "Kedua, terus berlanjutnya program PEN seperti KUR 3%, insentif bantuan tunai, dan insentif PPN-DTP (Ditanggung Pemerintah) yang dapat menjaga daya beli masyarakat," ujarnya.

        Ketiga, tetap tingginya harga ekspor komoditas utama yang dapat mendorong penguatan produksi dan investasi.

        Sementara, faktor yang mendorong bias bawah, yakni pertama, pandemi Covid-19 yang belum selesai dan wabah penyakit baru yang berisiko menahan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kedua, konflik geopolitik yang terus berlanjut dapat memperpanjang kebijakan proteksionisme pangan global sehingga kembali mengganggu rantai pasok dan mendorong kenaikan inflasi global.

        Baca Juga: Masih Ada Ancaman Nyata, Sri Mulyani Tetap Waspada Walau Kegiatan Ekonomi Indonesia Baik

        "Ketiga, potensi perlambatan ekonomi negara mitra (a. Perekonomian Tiongkok yang terus menurun, b. Penurunan produksi industri manufaktur di Eropa terkait penetapan efisiensi gas) yang lebih dalam dan dapat berdampak pada permintaan dan memengaruhi kinerja ekspor," ujarnya.

        Keempat, konflik geopolitik yang berkepanjangan dapat mengakibatkan sikap investor yang wait and see dan cenderung berinvestasi kepada aset safe haven. Kelima, dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan penurunan harga komoditas utama, seperti CPO.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: