Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Suplai Senjata ke Ukraina Sama Saja Amerika Ikut-ikutan Perang dengan Rusia

        Suplai Senjata ke Ukraina Sama Saja Amerika Ikut-ikutan Perang dengan Rusia Kredit Foto: TASS/Sergei Bobylev
        Warta Ekonomi, Washington -

        Keputusan Washington untuk melanjutkan pasokan senjatanya ke Kiev menyegel statusnya sebagai peserta konflik, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengatakan pada Rabu (5/10/2022).

        "Keputusan pemerintah untuk terus memompa rezim Kiev dengan senjata berat hanya mengamankan status Amerika Serikat sebagai peserta konflik," katanya dalam sebuah pernyataan.

        Baca Juga: Putin Resmikan 4 Wilayah Ukraina Gabung Rusia, Kiev dan Barat Kukuh Bilang Pencaplokan

        "Kami menganggap ini sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan strategis negara kami," terangnya, dilansir TASS.

        Menurut diplomat Rusia, "pasokan produk militer oleh AS dan sekutunya tidak hanya menyebabkan pertumpahan darah yang berkepanjangan dan korban baru, tetapi juga meningkatkan bahaya bentrokan militer langsung antara Rusia dan negara-negara Barat."

        "Kami menyerukan Washington untuk menghentikan tindakan provokatifnya yang dapat menyebabkan konsekuensi paling serius," tambahnya.

        Sebelumnya, layanan pers Pentagon mengumumkan pada Selasa (4/10/2022) bahwa mereka mengalokasikan paket bantuan militer lain ke Ukraina, termasuk empat HIMARS dan amunisi untuk mereka.

        Selain itu, Washington memberikan Kiev 16 Howitzer 155mm dan sebanyak 105mm Howitzer; 75.000 peluru artileri 155mm; 1.000 peluru Sistem Tambang Anti-Armor Jarak Jauh 155mm; 500 peluru artileri 155mm berpemandu presisi; 30.000 peluru mortir 120mm; 200 Kendaraan Perlindungan Penyergapan Tahan Tambang MaxxPro; 200.000 butir amunisi senjata ringan; peralatan penempatan rintangan; dan amunisi anti-personil Claymore.

        Peralatan akan diambil dari inventaris Departemen Pertahanan.

        Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa, sebagai tanggapan atas permintaan dari republik Donbass, ia membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus di Ukraina.

        Dia menggarisbawahi bahwa Moskow tidak berencana untuk menduduki wilayah Ukraina, melainkan berencana untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi negara tersebut.

        Sebagai tanggapan, Barat mulai memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dan pengiriman senjata dan kendaraan militer ke Kiev yang sudah bernilai puluhan miliar dolar pada saat ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: