Kemungkinan resesi ekonomi secara global yang akan terjadi dalam 12 bulan ke depan semakin menguat. Hal ini membuat prospek ekonomi global akan semakin gelap di tahun depan.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, deretan negara yang alami resesi setidaknya ada 15 negara, dengan Srilanka sudah masuk pada failed states, dimana pemerintah tidak punya kendali terhadap penduduknya.
"Menyusul Inggris, Amerika Serikat (AS), dan China yang berada di zona resesi berikutnya," ujarnya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Senin (10/10/2022). Baca Juga: Pemerintah Harus Jaga Daya Beli Masyarakat untuk Hadapi Krisis Ekonomi Global
Menurutnya, ekonomi akan gelap karena ada faktor inflasi yang tinggi di AS dan Zona Eropa yang menyebabkan permintaan produk ekspor Indonesia menurun, baik bahan baku maupun barang jadi. Surplus perdagangan pun bisa terkoreksi.
"Pengetatan moneter juga sebabkan bunga pinjaman naik dimana-mana, pelaku usaha dari UMKM sampai korporasi bisa rem ekspansi," tambahnya.
Selain itu, ada faktor China yakni krisis gelembung properti dan kombinasi Zero Covid Policy juga membuat China diambang resesi. Padahal China kontribusi terhadap ekspor-impor dengan Indonesia sangat besar.
"Bayangkan 30% impor kita dari China, dan tujuan ekspor ke China porsinya 20%. Sedikit saja China batuk, maka Indonesia akan terjun bebas ekonomi nya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman