Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Segitu Tak Sukanya Sama Anies Baswedan, NasDem Sampai Dihajar Massa: Kini Manusia Jadi Serigala...

        Segitu Tak Sukanya Sama Anies Baswedan, NasDem Sampai Dihajar Massa: Kini Manusia Jadi Serigala... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politisi PAN, Viva Yoga Mauladi keheranan dengan sejumlah serangan yang dilancarkan terhadap Partai NasDem.

        Dirinya menyoroti bagaimana partai tersebut dicap kadrun setelah secara resmi mengusung Anies Baswedan demi Pilpres 2024.

        Baca Juga: Segera Turun Tahta, Habib Tahu Bagaimana Kinerja Anies Baswedan Sebenarnya: Dia Memang Ahli...
         
        Meski secara kepartaian masih beda Haluan, akan tetapi Viva Yoga melihat permainan di media sosial dengan menebar peluru NasDrun adalah sebuah ancaman politik yang sehat.
         
        Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini tampak bereaksi keras menanggapi ramainya sebutan "Nasdrun".
         
        Dia tak ingin pertarungan sehat politik nasional dicederai oleh politik busuk yang kerap dimainkan buzzer.
         
        Istilah NasDrun yang mulai diluncurkan buzzer ini diduga sebagai jawaban atas pilihan NasDem pada Anies Baswedan.
         
        Siapa saja yang memakai istilah seperti itu, merupakan orang-orang yang memiliki niat melakukan pembodohan alias tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.

        Bukan soal NasDrun saja, Viva juga menyoroti kalangan buzzer yang masih saling lempar istilah kadrun dan cebong.
         
        Dia menilai, bangs aini akan semakin rusak dan mundur secara intelektual dengan kata-kata yang dijadikan senjata untuk merusak lawan.
         
        "Istilah-istilah cebong, kampret, kadrun, Nasdrun, dan apalagi nantinya, menyebabkan polusi dan udara politik menjadi pengap, tidak sehat, dan tidak mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Viva kepada wartawan, Selasa (11/10/2022).

        Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Anies Baswedan Masih Kesulitan Pilih Cawapresnya: Kalau Sekarang Masih Bakal-bakalan!
         
        Viva juga menilai, adanya istilah tersebut sangat berbahaya lantaran akan menjadi racun bagi generasi muda yang saat ini menggandrungi jagat maya.

        Pemikiran masyarakat Indonesia akan dicederai dengan pemikiran rusak dengan istilah-istilah dari kalangan buzzer.
         
        Bahkan Viva menilai, buzzer yang memainkan kerusuhan di jagat media maya akan mengurangi nilai kompetisi pemilu.

        Baca Juga: Tetap Santai Meski Jakarta Dihantam Banjir, Pengakuan Anies Baswedan: Kita Tidak Khawatir dengan Foto-foto Genangan
         
        "Istilah tersebut adalah bentuk framing media yang destruktif dan menjadi racun yang mengotori otak dan pemikiran masyarakat Indonesia," katanya.
         
        Penggunaan istilah tersebut bagi Viva akan menyeret pada kompetisi pemilu yang tidak sehat.
         
        "Hal itu akan menyebabkan kompetisi elektoral di pilpres mengarah ke zero sum game, menang jadi arang kalah jadi abu,” katanya. 
         
        “Atau seperti kata pemikir Thomas Hobbes, ‘Homo homini lupus est’, manusia bagai serigala yang memakan atau menikam sesama manusia," sambungnya.
         
        Melihat serangan buzzer ini, dikatakan Viva justru akan merugikan kerukunan di tengah masyarakat yang saat ini baru sembuh dari luka menganga soal istilah kadrun dan cebong.
         
        Istilah negatif itu kata dia, akan lebih mempertebal penggunaan identitas agama dimasukkan ke dalam turbulensi politik demi peningkatan elektoral.
         
        Viva menjelaskan, memilih dan dipilih adalah nilai dari hak asasi dan bagian dari demokrasi. 
         
        Mereka yang memilih atau dipilih oleh kalangan masyarakat yang menilai dari kesamaan primordial atau berdasarkan suku, agama, ras, etnis, atau budaya adalah hak politik warga yang dijamin oleh konstitusi.

        Baca Juga: Langkah Nasdem Deklarasikan Anies Baswedan Disebut Rocky Gerung Kurang Matang: Belum Ada Kesepakatan dengan Demokrat!
         
        "Tetapi jangan memasukkan perbedaan primordial itu untuk alat politik dalam rangka menjelekkan, memfitnah, hate speech dari figur tertentu untuk tujuan meningkatkan elektoral. PAN menentang dan menolak gaya dan cara politik identitas seperti ini," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: