Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Manuver Rusia Bawa Harga CPO Meroket di Akhir Pekan Kedua Oktober 2022

        Manuver Rusia Bawa Harga CPO Meroket di Akhir Pekan Kedua Oktober 2022 Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada akhir perdagangan Jum’at (14/10) di bursa berjangka Malaysia mengalami peningkatan. Harga CPO menguat seiring adanya ancaman dari Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam. Adanya hujan lebat di wilayah Malaysia juga turut meningkatkan kekhawatiran atas pasokan minyak nabati global. 

        Tercatat harga CPO berjangka di Malaysia untuk kontrak Oktober 2022 ditutup menguat 120 poin atau 3,4 persen dari penutupan sebelumnya yang sebesar RM3.530/ton ke level RM3.650/ton. Untuk kontrak November 2022, harga CPO berjangka di Malaysia terangkat 168 poin atau 4,64 persen dari RM3.618/ton ke level RM3.786/ton. Sementara itu, harga CPO berjangka untuk kontrak Desember 2022 menguat 168 poin atau 4,58 persen dari RM3.665/ton ke RM3.833/ton 

        Baca Juga: Perkenalkan Langsung Komoditi Sawit, Kemenkeu Gelar Launching Oil Palm Marathon

        Melansir Reuters, Duta Besar Rusia untuk PBB di Jenewa mengungkapkan bahwa Moskow telah menyampaikan keprihatinan kepada PBB tentang kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam dan siap untuk menolak pembaruan kesepakatan bulan depan, kecuali tuntutannya dipenuhi. Sementara itu, Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths menyebutkan, kesepakatan empat bulan untuk mengekspor biji-bijian dari Ukraina yang disepakati dengan Moskow dan Kyiv harus diperpanjang selama setahun. Perjanjian ini memungkinkan adanya pembukaan ekspor biji-bijian, termasuk gandum Ukraina, serta ekspor makanan dan pupuk Rusia meskipun ada sanksi Barat yang diberlakukan di Moskwa. 

        Manajer Perdagangan di perusahaan perdagangan Kantilal Laxmichand & Co Mitesh Saiya, yang berbasis di Mumbai menilai kondisi tersebut telah memicu pembelian biji-bijian Laut Hitam. Hal ini dikarenakan pembatalan perjanjian dapat mempengaruhi pasokan minyak bunga matahari Laut Hitam dan menciptakan volatilitas di pasar. 

        Di sisi lain, datangnya musim hujan di Indonesia dan Malaysia akan menekan produksi. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan banjir di bulan November hingga Januari serta dapat menurunkan kualitas minyak sawit mentah. Sentimen pendukung lebih lanjut datang dari Malaysia yang mempertahankan pajak ekspor November untuk CPO sebesar 8 persen dan menurunkan harga referensi menjadi RM 3.575,80 (USD 760,81) per ton untuk November.

        Baca Juga: Road Test B40 Berbahan Sawit Ditargetkan Selesai Akhir Tahun Ini

        Sementara itu, untuk kontrak kedelai teraktif Dalian Commodity Exchange naik 2,1 persen dan harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) naik 0,2 persen, memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga. Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait, karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global. Adapun nilai Ringgit Malaysia yang merupakan mata uang perdagangan sawit, turun 0,21 persen terhadap Dolar, membuat komoditas lebih murah bagi pemegang mata uang asing.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: