Cegah Stunting, Komisi IX DPR RI Ajak Mahasiswa Kupang Lakukan Ini!
Komisi IX DPR-RI mengajak mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekes) Kupang di Nusa Tenggara Timur untuk ikut mengampanyekan upaya percepatan penurunan stunting di media sosial (medsos).
"Tolong bikin hastag di medsos, Poltekes Kupang lawan stunting. Sebarkan informasi-informasi penting tentang stunting di media sosial," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkianus Laka Lena, dalam kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Kampus Poltekes Kupang, Sabtu (15/10/2022).
Baca Juga: Turunkan Stunting, BKKBN Sosialisasikan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, ia mengimbau para mahasiswa untuk tidak terjebak pada alkohol, narkoba, dan seks bebas serta menjadi garda terdepan melawan stunting. "Lawan stunting untuk Poltekes Kupang adalah dengan cara tidak terjebak pada alkohol, rokok, narkoba, dan seks bebas sehingga pacaran yang dibangun itu yang sehat dan berkualitas. Kami berharap kaum muda betul–betul berdiri terdepan melawan stunting," kata Melki.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia yang mencapai 37,8 persen. Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan prevalensi tertinggi, yakni mencapai 48,3 persen atau jika dikomparasi adalah satu dari dua balita mengalami stunting.
Karena itu, perlu kerja keras dari semua pihak untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting di NTT. Stunting yang merupakan gangguan partumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan tinggi atau panjang badan anak di bawah standar merupakan ancaman bagi masa depan Indonesia.
Selain itu, Melki juga menambahkan bahwa dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Presiden Jokowi memberi pesan bahwa harus ada kerja sama lintas kementerian, lembaga, dan semua kelompok di pusat, provinsi, kabupaten, sampai di desa.Â
"Pak Jokowi meminta kita semua bekerja sama untuk menanggulangi angka stunting. Kenapa? Karena di tingkat nasional kita terendah dan paling terburuk di Asia Tenggara. Padahal, kita punya ekonominya bertumbuh sangat baik di Asia Tenggara ini. Kita masuk dalam 20 ekonomi terkuat di dunia, tapi angka stunting kita nomor dua tertinggi di Asean, di bawah Myanmar. Jadikan ini tidak nyambung, kita ekonominya bagus, tapi stunting tinggi di ASEAN," ujar Melki.
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Perwakilan BKKBN Provinsi NTT Mikhael Yance Galmin mengatakan, mahasiswa memiliki peran ganda, yaitu sebagai agen perubahan dan kelompok sasaran.
"Mahasiswa sebagai agen perubahan yang bisa membantu kami, bisa menjadi mediator kami untuk mengampanyekan stunting dan melayani masyarakat, tetapi juga mahasiswa sebagai kelompok sasaran berpotensi risiko terjadinya stunting apabila dikontribusikan dari kehamilan yang tidak direncanakan dan diinginkan," ungkapnya.
Baca Juga: Kepala BKKBN Dorong Pencegahan Stunting Lewat ASI Eksklusif Selama 6 Bulan
Yance menambahkan, BKKBN memiliki program GenRe (Generasi Berencana) yang memiliki tagline untuk menghindarkan remaja dari tiga risiko, yaitu nikah dini, seks pranikah, dan NAPZA.
"Melalui Program Genre, pertama kami mengajak semua remaja Indonesia untuk jangan dulu nikah dini, yang kedua mengajak semua remaja untuk tidak tejebak dalam seks pranikah, dan yang ketiga mengajak semua remaja untuk tidak terlibat dalam NAPZA," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kupang, Drg. Fransisca JH Ikasasi, mengatakan bahwa persoalan stunting bukan tentang panjang atau tinggi badan, melainkan tentang kualitas otak. Ia juga mengajak mahasiswa Poltekes Kupang untuk menjadi agen perubahan dalam percepatan penurunan stunting terutama menjadi Kader IMP (inisiasi masyarakat perkotaan).
"Kota Kupang punya lima ribu sekian baduta yang terkonfirmasi stunting. Nah, tugas kita bersama mengentas ini stunting karena stunting tidak bisa sembuh. Nah kita hanya menunggu proses ini sampe lewat dari baduta kemudian kita lihat lagi sampe dia lulus posyandu. Label itu tetap akan ada, paling hanya bisa dijaga baduta ini jangan drop supaya jangan kurang gizi," jelas dr. Sisca.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: