Sasar Sistem Satelit Ancaman Agresi Rusia Semakin Berbahaya
Pejabat tinggi GCH, badan intelijen elektronik dan siber Inggris, Jeremy Fleming, memperingatkan ancaman agresi Rusia yang semakin berbahaya setelah menggunakan teknologi China untuk mengendalikan akur perbedaan pendapat dan kemampuannya yang berkembang dalam menyerang sistem satelit.
Bukan hanya itu saja, Negeri Beruang telah memggunakan teknologi Tiongkok untuk mengendalikan mata uang digital serta mampu melacak individu yang menentang atau menjadi target Rusia.
Dalam sebuah wawancara pada hari Senin sebelum pidatonya, Jeremy Fleming, yang mengepalai GCH, badan intelijen elektronik dan siber Inggris, juga mengatakan dia skeptis tentang seberapa jauh China akan mendukung agresi Rusia.
"Saya tidak berpikir bahwa ini adalah ‘hubungan tanpa batas’ antara Rusia dengan China," kata Jeremy Fleming dalam pidatonya (18/10).
Jeremy Fleming sengaja memakai kata ‘hubungan tanpa batas’ yang digunakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping ketika mereka bertemu di Olimpiade Beijing awal tahun ini, tepat sebelum invasi Ukraina.
“Mengingat kinerja medan perang Rusia yang suram, China tentunya mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dimana mereka terus menyelaraskan diri dengan Rusia,”lanjut Jeremy Fleming.
Agensi Jeremy Fleming secara resmi, disebut Government Communications Headquarters, mitra dari National Security Agency di Amerika Serikat, telah memainkan peran yang semakin penting dalam melacak komunikasi Rusia dan China.
Pidato resmi Jeremy Fleming sendiri dibacakannya tepat sebelum pembukaan kongres Partai Komunis yang dimulai di Beijing pada hari Minggu, di mana Xi diperkirakan akan ditunjuk untuk masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin tertinggi China.
Menanggapi hal ini, Dewan Pimpinan Pusat Pelajar Islam Indonesia (DPP PII) menilai langkah berani Jeremy Fleming, seyogianya di ikuti oleh negara-negara dunia lainnya termasuk Indonesia yang memiliki teknologi intelejen elektronik dan siber.
Wakil Bendahara Umum DPP PII, Furqan Raka memgatakan sinergitas antara Rusia-China bidang teknologi khususnya pada masa invasi ke Ukraina, sangat berbahaya bagi negara-negara dunia lainnya.
“Kami melihat kolaborasi Rusia-China ini sebagai duet maut yang paling berbahaya sepanjang sejarah. Apalagi, teknologi China saat ini lebih maju ketimbang negara-negara dunia lainnya,” kata Furqan Raka kepada wartawan, Jum’at, (21/10/2022).
Apalagi, lanjut Furqan, keterlibatan China dalam invasi Rusia ke Ukraina menjadi "momen pintu geser dalam sejarah militer diunia", di mana Amerika Setikat (AS) dan sekutunya akan segera menemukan bahwa mereka terlalu jauh di belakang dalam serangkaian teknologi penting dibidang militer dari Beijing.
“Ini berbahaya, setahu kami, Jeremmy Flaming jarang tampil berbicara di muka umum. Namun kali ini, beliau menyampaikan langsung hasil kerja intelejen Inggris terkait ancaman teknologi China bagi dunia dalam forum resmi,” tutur Furqan.
Ternyata bukan hanya Jeremmy Flaming, dalam beberapa bulan terakhir, beberapa kepala mata-mata Inggris dengan sengaja mengambil peran publik yang dibuat dengan hati-hati dalam menggambarkan ancaman keamanan di masa depan oleh negara China.
Dalam pidatonya, Jeremmy Fleming menggambarkan Rusia sebagai pengganggu yang tidak dapat diprediksi dalam tindakannya saat ini.
Jeremmy Fleming juga mengatakan kinerja militer Rusia telah mengungkapkan kelemahan yang mendalam, dimana dalam pidatonya, dia menggambarkan pengambilan keputusan Putin sebagai cacat, pasukannya lelah, dan ketergantungannya pada memobilisasi 300.000 wajib militer yang tidak berpengalaman sebagai bukti situasi putus asa Putin.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir ini sebagian besar negara Eropa telah dibungkam dalam kritik publik mereka terhadap Beijing dan ambisinya, karena perdagangan dengan China menjadi penting untuk pertumbuhan, salah satunya bagi Jerman.
Inggris bahkan mengizinkan Huawei, raksasa teknologi China yang dikhawatirkan AS dapat menimbulkan ancaman keamanan, untuk menyediakan beberapa peralatan 5-G ke jaringan komunikasi Inggris di bawah beberapa persyaratan yang ketat, sampai sanksi yang dikenakan pada perusahaan oleh AS membuat hal itu mustahil.
“Jeremmy Fleming juga menjelaskan langkah China untuk membangun kemampuan anti-satelit yang kuat, dengan doktrin menolak akses negara lain ke luar angkasa jika terjadi konflik, bahaya kan,” ungkap Furqan.
Langkah ini dinilai Inggris sebagai cara China untuk mencoba mengubah standar teknologi internasional, agar memudahkan pelacakan individu sebagai bagian dari upayanya untuk menekan perbedaan pendapat, bahkan pidato warga China yang tinggal di luar negeri.
Untuk mengantisipasi hal ini, pada pekan lalu pemerintahan Biden (Amerika Serikat) mengumumkan batas baru penjualan teknologi semikonduktor ke China, dengan harapan dapat melumpuhkan akses Beijing ke teknologi penting yang diperlukan untuk superkomputer, senjata canggih, dan aplikasi kecerdasan buatan.
"Masyarakat dunia harus waspada dengan duet maut Rusia-China, khususnya teknologi Tiongkok yang pesat namum diduga digunakan untuk jalan sesat kepada umat manusia,” pungkas Furqan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: