Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran menilai harga beras internasional yang saat ini tergolong murah dapat menjadi opsi menstabilkan harga beras lokal yang mengalami kenaikan.
Ia mengusulkan agar pemerintah mulai merelaksasi impor beras. “Karena harga internasional lebih rendah dari harga beras domestik, maka relaksasi impor bisa membantu menstabilkan harga di dalam negeri dan dengan demikian juga membantu mengendalikan inflasi,” ujar dia di Jakarta, kemarin.
Hasran menambahkan peningkatan harga beras telah terjadi sejak Juli 2022 dan terlihat dari kontribusinya pada tingkat inflasi pangan dalam negeri. Dari penelitian CIPS, lanjut dia harga beras di Indonesia masih lebih tinggi dari harga beras internasional, termasuk di negara-negara produsen dan eksportir beras utama di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand dan Vietnam.
Pemerintah menurutnya, bisa merelaksasi kuota impor beras jika harga mulai sulit dikendalikan dan menutup kembali keran impor tersebut ketika harga komoditas utama ini sudah kembali stabil.
Kementerian Perdagangan melaporkan kenaikan harga beras domestik, selain karena baru memasuki masa tanam juga karena harga di penggilingan kini juga sudah lebih tinggi dari harga penyerapan Bulog yang ditentukan pemerintah. Alhasil pemerintah ini pun sulit menyerap pasokan yang ada.
Baca Juga: Pemerintah Jamin Stok Beras Aman Hingga Akhir Tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu melaporkan produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk pada 2022 diperkirakan sekitar 32,07 juta ton, mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras di 2021.
Konsumsi beras penduduk diperkirakan sebesar 30.90 juta ton. Namun pasokan tidak merata sepanjang tahun. Meski sudah tidak lagi mengimpor beras untuk konsumsi dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia masih mengimpor beras untuk keperluan industri. Mengutip data BPS, Indonesia mengimpor 407.741 ton beras pada 2021. Nilai ini naik dari 356.286 ton pada 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: