Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jokowi Lebih Nyaman Kerja Bareng Luhut dan Ganjar, Ketimbang Diperintah Megawati

        Jokowi Lebih Nyaman Kerja Bareng Luhut dan Ganjar, Ketimbang Diperintah Megawati Kredit Foto: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Politik Tony Rosyid mengatakan kisruh antara Jokowi dan Megawati sudah lama terjadi.

        "Awal Jokowi dilantik jadi presiden periode pertama (2014), friksi dengan Megawati telah dimulai. Jokowi pilih Maruar Sirait jadi Menpora, tapi digagalkan oleh Megawati hanya beberapa jam jelang pelantikan," kata Tony dalam keterangan persnya.

        Ketegangan kedua, saat Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dipilih Jokowi menjadi partner dalam hampir semua kebijakan pemerintahan.

        "Dengan LBP, Jokowi merasa setara, bahkan secara struktural adalah atasan LBP. Jokowi presiden, dan LBP menteri. Publik menyebutnya sebagai menteri semua urusan. Wajar, karena memang LBP memiliki pengalaman dan kematangan di pemerintahan, sehingga Jokowi merasa nyaman dengannya," tambahnya.

        "Sementara dengan Megawati, Jokowi diperlakukan sebagai petugas partai. Dalam posisinya sebagai petugas partai, Megawati menuntut Jokowi patuh, loyal dan sendiko dawuh pada PDIP yang otoritasnya ada di tangan Megawati," tambahnya.

        Ia menilai seorang presiden diposisikan seperti itu oleh Megawati tentu tidak membuat nyaman Jokowi sebagai presiden, yang mestinya di atas para ketua umum partai. 

        Komunikasi politik Jokowi-Megawati mengalami banyak kendala, terutama jika kepentingan keduanya berbeda. Jokowi, sebagai presiden, tentu tidak ingin didikte, dikontrol dan dikendalikan oleh ketua umum partai.

        "Dalam penyusunan kabinet dan sejumlah jabatan strategis, adu kuat Jokowi-Mega seringkali terjadi. Selama ini, semua bisa ditutupi dan hanya kalangan internal yang tahu," jelasnya.

        "Pilpres 2024, kepentingan Jokowi-Megawati semakin tampak berbeda. Jokowi inginkan Ganjar menjadi presiden. Ganjar diharapkan dapat meneruskan program-program Jokowi. Jokowi tidak hanya butuh jaminan pengamanan dari Ganjar, tapi publik membaca ada agenda lain yang direncanakan oleh Jokowi melalui Ganjar," jelasnya.

        "Pasca lengser 2024 nanti, Jokowi tidak punya tempat dan lokomotif politik. Jokowi tidak lebih dari kader PDIP, sebagaimana kader-kader lainnya. Bedanya, Jokowi pernah jadi presiden dua periode. Tidak ada lagi peran politik yang bisa dimainkan Jokowi pasca 2024. Di PDIP, besar kemungkinan Jokowi akan disingkirkan. Kenapa? karena berpotensi menjadi matahari kembar," terangnya.

        Namun di sisi lain, lanjut Tony, Megawati sudah sepuh. Diperkirakan akan ada suksesi kepemimpinan di PDIP dalam waktu yang tidak terlalu lama.

        "Apakah upaya serius dan sistemik pencapresan Ganjar adalah bagian dari agenda politik Jokowi dalam menghadapi suksesi kepemimpinan di tubuh PDIP? Inilah yang nampaknya dikhawatirkan oleh PDIP, terutama Megawati dan para loyalisnya

        "Jika Ganjar sukses menjadi presiden, maka menjadi sangat mudah bagi Ganjar untuk menggeser Puan sebagai putri mahkota yang disiapkan mengganti Megawati sebagai ketua umum. Dan Jokowi ada di belakang Ganjar. Formasinya bisa Ganjar ketum PDIP, dan Jokowi ambil posisi sebagai dewan pembina," tegasnya.

        "Kalau bisa ambil PDIP, kenapa harus susah payah mendirikan partai lagi? Para loyalis dan militan Jokowi umumnya adalah pendukung PDIP. Maka, ambil PDIP akan jauh lebih efektif bagi Jokowi untuk memimpin sebuah lokomotif yang sudah besar dan mapan. Tidak perlu lagi tertatih-tatih dari nol seperti Anis Matta mendirikan Partai Gelora dan Amien Rais melahirkan Partai Umat," jelasnya.

        Kemudian, Ganjar diberi sanksi oleh PDI Perjuangan menyusul pernyataan yang menyatakan siap untuk menjadi presiden.

        "Apakah Ganjar menyerah, lalu berhenti kampanye? Tidak! Selama ini, kampanye Ganjar semakin kencang. Ganjar cuek terhadap sindiran Puan dan berbagai serangan dari kubu loyalis PDIP. Ini tandanya, Ganjar melawan,"

        "Ganjar tidak sendirian. Di belakang Ganjar, ada Jokowi yang all out back up, bahkan diduga menjadi Sang Maestro bagi permainan dan manuver Ganjar. Jokowi punya kekuasaan dan akses logistik tak terbatas. Akankah kekuasaan dan akses logistik ini bakal membuat Jokowi berhasil menumbangkan Megawati?," tanya Tony.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: