Presiden Jokowi Ingin Pilpres 2024 Dimenangkan oleh Tokoh yang Bukan Antitesis Dirinya
Ahli hukum tata negara dan pengamat politik Indonesia Refly Harun mengatakan bahwa Presiden Jokowi sejatinya tidak ingin pemenang 2024 diisi oleh orang yang menjadi antitesis dirinya.
Ini diungkap Refly tentang analisisnya mengenai alasan kubu pemerintahan Presiden Jokowi seolah tidak mau dan bahkan berupaya menjegal Anies Baswedan jelang Pilpres 2024.
Baca Juga: Gak Nyangka! Ternyata Ini Siasat Presiden Jokowi Supaya Anies Baswedan Kalah di Pilpres 2024
Refly juga mengatakan Presiden sebenarnya khawatir karena ada beberapa hal yang menjadi PR bagi pemerintah Presiden Jokowi baik itu di ranah hukum maupun ranah non hukum di ranah hukum yang belum terselesaikan.
“Jadi ketika dia dua periode selesai dia, bukan selesai juga political intrasnya. Tapi malah banyak hal yang barangkali kemudian menjadi beban dia karena itu dia ingin
memastikan 2024 itu tidak diisi oleh orang yang menjadi antitesis dirinya,” katanya.
“Misalnya kalau kita bicara mengenai agenda seperti KM 50 misalnya, Apakah Presiden Jokowi tidak ketat-ketir kalau ini dibuka?” jelas dia.
Karena menurut Refly ini akan melibatkan istana sebagai orang yang membiarkan, paling tidak akan ada namanya crime by omission.
Refly juga mengatakan, dengan memilih Presiden yang berpihak padanya, Presiden Jokowi juga akan semakin mudah melanggengkan dinasti politik untuk anak dan menantunya.
“Ya dinasti politik yang mereka bangun, yang Jokowi bangun yaitu Bobby Nasution kemudian diperkirakan nanti dia minimal menjadi wakil gubernur atau bahkan gubernur Sumatera Utara dalam pemilihan berikutnya,” jelasnya.
“Lalu kemudian Gibran Rakabuming itu akan lompat ke DKI 1 atau setidak-tidaknya Jawa Tengah, kemudian nanti Kaesang Pangarep akan masuk Solo. Jadi dinasti politik itu memang sengaja dibangun dan karena itulah Jokowi tetap membutuhkan dukungan-dukungan arah politik yang bisa dikendalikan,” tambahnya.
Refly menambahkan ini sebuah analisis yang masuk akal, bukan mengada-ngada. Karena itu Presiden Jokowi memiliki banyak kepentingan, belum lagi kepentingan para buzzer atau kepentingan orang-orang yang ada di seputar kekuasaan atau istana nyaman sudah hidupnya.
“Inilah kenapa kemudian rezim ini harus terus dipertahankan, aktor boleh berganti, tapi rezim tidak boleh,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty