Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bukan Sembarang Strategi, Ini Keuntungan yang akan Didapat Prabowo Subianto Usai Berkoalisi dengan PKB

        Bukan Sembarang Strategi, Ini Keuntungan yang akan Didapat Prabowo Subianto Usai Berkoalisi dengan PKB Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Analis dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai bahwa ada beberapa kemungkinan yang diperoleh Prabowo Subianto jika berkoalisi dengan PKB.

        Setidaknya, Arifki menyampaikan tiga hal, pertama, basis pemilih Prabowo bisa diperlebar kepada pemilih-pemilih tengah atau moderat, karena di dua Pilpres 2014 dan 2019 kategori pendukung Prabowo berada di barisan kanan.

        Baca Juga: Hasil Survei Sebut Pasangan Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo Bisa Menang Telak, Ini Alasannya

        "Di Pilpres 2024 pemilih yang mendukung Prabowo di 2014 dan 2019 berkemungkinan akan terbagi dengan Anies Baswedan," kata Arifki seperti dilansir dari Suara.com, Selasa (15/11/2022).

        Kemudian yang kedua, kata dia, berkoalisi dengan PKB, Gerindra tidak secara langsung menjadi suara Nahdlatul Ulama atau NU. Hal itu mengingat, sikap PBNU telah menyatakan sikapnya tidak menjadi bagian dari partai mana pun.

        Baca Juga: Prabowo Subianto 'Nyemplung ke Kolamnya Jokowi', Fahri Hamzah: Anies Baswedan Simbol Kemarahan Rakyat!

        "PBNU beberapa kali menyatakan sikapnya tidak menjadi bagian dari partai manapun, artinya NU belum tentu memiliki sikap yang sama dengan PKB terhadap capres di tahun 2024," tuturnya.

        Lalu yang ketiga, menurut Arifki, kedekatan warga NU dengan Gerindra juga perlu diuji sehingga kekhawatiran PKB tidak akan banyak menarik suara NU, bisa dijawab oleh Gerindra jika secara organisasi membangun jejaring dengan kelompok-kelompok NU.

        Baca Juga: Hasil Survei: Prabowo Subianto dan Anies Baswedan Kalah di Jawa Barat oleh Sosok Ini, Siapa?

        "PKB ini tentu menarik bagi Gerindra, terutama untuk menarik pemilih moderat yang banyak berlatar belakang NU. Tantangannya seberapa besar suara NU yang bisa ditarik oleh Prabowo untuk memilihnya di tahun 2024. Kebijakan elite PBNU yang menyatakan bahwa NU tidak identik dengan partai manapun tentu melemahkan daya tawar PKB secara politik atau pun pemilih," tuturnya.

        Untuk itu, Arifki menyarankan Gerindra mengambil daya tawar dengan NU untuk menjaga ketidakmungkinan dukungan politik yang lemah ke PKB, sehingga koalisi Gerindra-PKB tidak sia-sia untuk merebut pemilih NU sebesar-besarnya.

        "Dengan netralnya PBNU terhadap semua partai politik, maka partai lain memiliki kemungkinan untuk menarik pemilih NU, seperti PPP, PDIP, dan Golkar yang selama ini memang sudah tempat bagi kader-kader NU yang tidak bergabung dengan PKB," tuturnya.

        Baca Juga: Prabowo Subianto Disebut Pantas Dapat Dukungan dari Presiden Jokowi, Andre Rosiade Sebut Alasannya

        Adapun lebih lanjut, Arifki menilai, kemunculan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang digadang maju di Pilpres 2024 perlu juga diperhatikan oleh Gerindra. Hal itu bisa membuat berat Prabowo menarik suara NU.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: